Krontjong Toegoe Sejarah Kehadiran Komunitas Dan Musiknya Di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara

Victorius Ganap, 02/1097/ps (2006) Krontjong Toegoe Sejarah Kehadiran Komunitas Dan Musiknya Di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Doctoral thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
bab 1 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 ).pdf

Download (31MB) | Preview
[img] Text
bab 2 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (42MB) | Request a copy
[img] Text
bab 3 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (57MB) | Request a copy
[img] Text
bab 4 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-5.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (23MB) | Request a copy
[img] Text
bab 5 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-6.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (35MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
bab 6 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-7.pdf

Download (16MB) | Preview
[img] Text
lampiran 14 KRONTJONG TOEGOE ( DIS14050770 l 004.2016 )-8.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (20MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Pada tahun 1513 kapal-kapal Portugis datang dan membuang sauh di lepas pantai Sunda Kalapa dalam pelayaran mereka dari Malaka menuju Maluku untuk mendapatkan rempah-rempah. Pcrsinggahan itu menandai dimulainya muhibah antara bangsa Indonesia dengan bangsa Eropa. Sejak tahun 1511 Malaka memang telah diduduki Portugis, namun pada tahun 1641 armada Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan mereka. Meski kehadiran Portugis di Asia Tenggara dapat dikatakan relatif singkat, sejarah Batavia mencatat keberadaan kelompok mardijkers, laskar Portugis asal Bengali dan Coromandel di Malaka yang ditawan oleh VOC sebelum kemudian dimerdekakan sebagai mardijkers. Selanjutnya pada abad kc-19 kelompok mardijkers itu membubarktn diri dan membaur dengan masyarakat Batavia pada umumnya. Disertasi ini bertujuan meneliti tentang sebuah komunitas Kristiani yang berada di Kampung Tugu, Jakarta Utaxa, yang telah mampu bertahan hidup bersama peninggalan musik Portugis yang dikenal sebagai Krontjong Toegoe. Pendapat yang berkembang selama ini mengatakan komunitas itu berasal dari kelompok mardijkers di Batavia. Namun penelitian disertasi ini menemukan bukti lain, bahwa komunitas Tugu adalah keturunan dari sekelompok laskar laut Pqrtugis asal Goa yang melarikan diri dari Maluku bersama keluarga mereka asal Pulau Banda, dan terdampar di pantai Cilincing. Mereka ditangkap oleh VOC dan pada tahun 1661 dibuang ke Kampung Tugu. Mereka merupakan leluhur komunitas 'l‘ugu yang mewarisi budaya Portugis dari abad kc-16. Akibat terisolasi dari kehidupan kota, rnercka mcngusir kcsepian dengan bermain musik dan menyanyikan lagu-lagu Portugis. Musik mereka kemudian menjadi cikal bakal genre musikal Krongjong Toegoe, dengan karakteristik sebagai musik yang mengiringi kelompok penyanyi dengan gaya yang spontan dan bersahaja tanpa omamentasi dan vibrato. Genre itu juga memiliki pembawaan ekspresi yang spontan dalam bemyanyi. Lagu Moresco dan Cafrinho memperlihatkan pengaruh Portugis asal Moor dan Afrika. Adapun iringan musiknya terdiri dari tiga gitar kecil buatan sendiri, yaitu prounga berukuran agak besar, macina bemkuran sedang, dan jitera berukuran paling kecil. Musik keroncong diyakini telah dilahirkan di Kampung Tugu sejak lebih dari tiga abad yang lalu. Namun kegiatannya tercatat untuk pertama kali ketika mereka mendirikan orkes keroncong Moresoo Toegoe pada tahun 1925. Mereka percaya bahwa dcngan melestarikan musik keroncong yang diwariskan kepada mcreka, itu merupakan penghormatan tcrhadap para leluhur. UNESCO pada tahun 1971 kemudian memproduksi piringan hitam permajnan OK Moresco Toegoe yang dipimpin oleh Jacobus Quiko dengan repertoar antara lain lagu-lagu dari masa Hindia Belanda, seperti Oud Batauia dan Schoon ver van jou. Mcreka juga scjak tahun 1989 telah acap kali diundang mcngadakan pcrtunjukan musik keroncong pada Pasar Malam Tong Tong di Den Haag, Negcri Belanda. Meski musik Krontjong Toegoe diyakini berasal dari Portugal, penelitian ini mengatakan bahwa Krontjong Toegoe adalah sebuah musik hibrida, campuran dari berbagai budaya Barat dan non-Barat yang membaur mcmbentuk sebuah sintesis musikal yang unik. Komunitas Tugu boleh saja menganggap bahwa mcreka adalah keturunan Portugis, namun pada kenyataannya mereka telah bercampur dengan kelompok emik lainnya, meniru gaya hidup orang Bclanda, dan scbagian dari mcreka adalah kemrunan Indo-Belanda. Betapapun juga, Krontjong Toegoe adalah cikal bakal dari musik keroncong sebagai salah satu aliran besar musik Indonesia, yang telah diterima dan menjadi milik bangsa Indonesia. Komunitas Tugu mcmang hidup tidak tcrpisahkan dari musik, karena menurut tradisi mcreka setiap anggota komunitas 'l\1gu disyaratkan mengenal musik keroncong. [tu sebabnya dengan semangat yang mereka miliki secara turun-temurun, kehidupan musik Krontjong Toegoe diyakini akan langgeng selamanya.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Creators:
CreatorsNIM
Victorius Ganap, 02/1097/psUNSPECIFIED
Department: UPT Pepustakaan ISI Yogyakarta
Uncontrolled Keywords: Pertunjukan, musik, keroncong, Jakarta
Subjects: Musik > Komposisi Musik
Musik > Penyajian musik (musik pertunjukan dan pop-jazz)
Musik > Pengkajian seni musik (musikologi dan pendidikan musik)
Penciptaan dan pengkajian seni
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Musik
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 11 Oct 2016 02:53
Last Modified: 11 Oct 2016 02:53
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1146

Actions (login required)

View Item View Item