1831 Hadeging Praja Bantul

Haryono, Antonius Janu 1831 Hadeging Praja Bantul. [Video]

Preview	Video (Film 1831 Hadeging Praja Bantul) maxresdefault.jpg - Published Version Download (113kB) | Preview
	Video sh: 1: /usr/bin/youtube-dl: not found Download (0B)

Abstract

Di masa penjajahan Belanda politik devide et impera yang diterapkan mampu mempengaruhi tatanan kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara, termasuk kerajaan Ngayogyakarta. Perang Diponegoro atau perang Jawa tahun 1925-1930 salah sau pemicunya adalah karena politik adu domba tersebut yang mengakibatkan kebangkrutan pihak Belanda maupun Kerajaan Ngayogyakarta. Tangis kelaparan, ketakutan apalagi tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tahun 1930 mematahkan semangat dan harapan masyarakat Ngayogyakarta. Jendral de Cock mampu mempengaruhi patih Danurejo nayaka Ngayogyakarta sebagai perantara untuk menanamkan kekuasaannya di kerajaan Ngayogyakarta. Kebijakan pajak tinggi yang diterapkan Belanda melalui patih Danureja semakin menyengsarakan rakyat, terutama yang tinggal di wilayah Ngayogyakarta bagian selatan atau yang dikenal dengan Bantulkarang. Keberadaan pengikut Diponegoro yang sebagian besar tinggal di wilayah tersebut terusik. Pagergunung salah satu pengikut Diponegoro secara diam-diam mengobarkan semangat perlawanan di antara teman-temannya. Niat Pagergunung didukung Sodewa putra Diponegoro yang ingin melanjutkan perjuangan ayahnya. Sepak terjang keduanya dan penderitaan rakyat Bantulkarang menggugah hati Mangunwijaya seorang nayaka Ngayogyakarta, yang dalam hatinya tidak setuju dengan kebijakan patih Danurejo.

Actions (login required)

View Item