Sudiyati, Noor (2015) Psikologi Seni di Indonesia. Prosiding Konfrensi Nasional Pengkajian Seni Arts and Beyond. pp. 477-486. ISSN 978-602-73120-0-5
Text
Psikologi Seni di Indonesia.pdf Download (4MB) |
Abstract
Filsuf barat memandang seni, terutama seni murni berada di level atas, apa-apa yang dianggapnya baru, novelty, dan serba nyeleneh dianggapnya seni, sehingga seni itu sendiri terkadang kehilangan kontrol, seperti karya Marcel Duchamp yang mengusung Closet dalam pameran di era 1960-1970. Dalam mempersepsi seni diperlukan kedewasaan dan keseimbangan batin yang selaras. Apa jadinya perkembangan seni kita apabila para kurator dan penentu kebijakan ranah budaya (dalam hal ini kesenian) belum memiliki kedewasaan dalam batinnya? karena seni berkaitan erat dengan batin. Dewasa yang dimaksudkan mampu mengakomodasi tujuan dan arahan seni pada peradaban dan kesemestaan Illahiah. Seni, sejatinya memiliki kemudaratan bagi manusia untuk menjalankan peradaban yang lebih baik. Ada perbedaan konsep estetika barat dan timur, dalam estetika barat seni tidak mesti berkaitan dengan etika, namun dalam dunia timur seni hendaknya menuju ke selarasan, seperti tradisi konfusian seni justru sarana penting untuk mengembangkan etika (Sugiharto, 2013: 30). Keselarasan itu bukannya pasif, bahkan peran Cina dengan etikanya menguatkan ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang kedokteran, kimia, dan mekanik, dapat dikatakan bahwa hampir semua hal-hal dasar yang digunakan untuk
Item Type: | Article | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Uncontrolled Keywords: | Psikologi, Seni, Indonesia | ||||
Subjects: | Penciptaan dan pengkajian seni | ||||
Divisions: | Pascasarjana > S3 Penciptaan dan Pengkajian seni | ||||
Depositing User: | IH Nurcahyadi Nurcahyadi | ||||
Date Deposited: | 06 Feb 2023 04:39 | ||||
Last Modified: | 06 Feb 2023 04:39 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/13274 |
Actions (login required)
View Item |