Penari Bedaya Ketawang Era PB XII - XIII (1945 - 2008) di Keraton Surakarta Hadiningrat

Triastuti, Dina (2008) Penari Bedaya Ketawang Era PB XII - XIII (1945 - 2008) di Keraton Surakarta Hadiningrat. Skripsi thesis, ISI Yogyakarta.

[img] Text
BAB I.pdf

Download (11MB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (3MB)
[img] Text
Full Teks.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (41MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Keraton Surakarta Hadiningrat adalah salah satu wilayah teritorial khusus yang masih menjadi kiblat kebudayaan Jawa atau the center of tradition. Salah satu bentuk tradisi yang masih dijalankan hingga saat ini adalah pertunjukan Bedaya Ketawang yang sekali dihadirkan pada upacara penobatan raja, dan peringatan kenaikan tahta raja setiap tahunnya. Bedaya Ketawang ditarikan oleh sembilan penari perempuan. Profil mereka sangat menarik untuk dikaji sebab terdapat perbedaan yang cukup mencengangkan seputar syarat dan aturan kepenarian pada masa PB X dan yang terjadi sejak PB XII hingga PB XIII. Penelitian ini memakai perspektif gender untuk membantu menganalisis wacana perempuan sebagai penari Bedaya Ketawang. Konsep gender yang dapat diterapkan yaitu subordinasi sekaligus stereotipe perempuan dan gender. Selain itu, tulisan ini juga berupaya menuliskan teks Bedaya Ketawang sebagai materi tari. Pada masa PB X perempuan harus terikat dengan berbagai aturan yang membelenggu diantaranya; harus berasal dari kerabat Keraton, tinggal di dalam lingkungan Keraton, pada saat menari tidak sedang menstruasi, masih gadis, belum bersuami dan seterusnya. Seiring dengan perubahan jaman, sejak bertahtanya Paku Buwana XII beberapa aturan penting dan hal-hal yang terkait dalam Bedaya Ketawang mulai memudar. Tentunya hal itu dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik dan budaya pada jamannya. Kini penari Bedaya Ketawang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, profesi, status dan beragam lingkungan sosial. Pada saat menstruasi pun tetap diijinkan menari dengan jalan mengajukan sesaji dan doa terlebih dahulu, serta beberapa aturan lain yang memudahkan akses perempuan untuk menjadi penari. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa perubahan aturan dan syarat kepenarian tersebut telah mengubah motivasi, perilaku, cara pandang terhadap Bedaya Ketawang sekaligus gugurnya stereotipe perempuan sebagai penari Keraton. Melalui berbagai pengalaman perempuan tersebut, disadari atau tidak sesungguhnya perempuan masih dalam posisi yang tersubordinasi, bahwa Bedaya Ketawang memang ditampilkan untuk memenuhi kepentingan politik dan budaya masyarakat Jawa yang masih patriarkhis.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM/NIP/NIDN/NIDK
Triastuti, Dinanim0411101011
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDK
ContributorSupriyanti, Supriyantinidn0009016207
ContributorDaruni, Daruninidn0016056001
Department: KODEPRODI91631#TARI
Uncontrolled Keywords: seni tari pengkajian, bedaya ketawang
Subjects: Tari > Pengkajian Tari
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Pengkajian)
Depositing User: isti IS suratmi
Date Deposited: 27 Oct 2023 03:39
Last Modified: 31 Oct 2023 03:30
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/15338

Actions (login required)

View Item View Item