Perubahan Gondang Hasapi: Studi Kasus Pada Masyarakat Batak Toba di Jakarta

Nicholas Sirait, Febriandy (2009) Perubahan Gondang Hasapi: Studi Kasus Pada Masyarakat Batak Toba di Jakarta. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img] Text
Full Teks.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (44MB) | Request a copy
[img] Text
BAB I.pdf

Download (10MB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (3MB)
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Masyarakat Batak Toba memiliki dua jenis ansambel musik, yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Kedua ansambel ini berfungsi sebagai pengiring upacara adat Batak, dan disajikan secara instrumentalia. Gondang Sabangunan merupakan ansambel pertama yang dimiliki oleh masyarakat Batak Toba, yang hanya digunakan dalam upacara-upacara ritual Batak, sehingga menimbulkan kesan sakral pada masyarakat. Gondang Sabangunan yang terdiri dari instrumensarune Bolon, Taganing, Ogung, dan Hesek. Sementara Gondang Hasapi yang terdiri dari Sarune Etek, Hasapi Ende, Hasapi Doal, dah Hesek tidak dipandang sakral, karena instrumeninstrumen tersebut awalnya dimainkan secara independen (solo). Keempat instrumendalam Gondang Hasapi ini digabungkan sehingga menyerupai peran dan fungsi instrumendalam Gondang Sabangunan. Oleh sebab itu, Gondang Sabangunan merupakan embrio Gondang Hasapi. Pada masa berikutnya kemudian ditemukan penggabungan instrumengarantung dan Sulim dalam Gondang Hasapi, sehingga terdiri dari enam instrumen Masuknya para missionaris Kristen ke l'anah Batak, kemudian melarang seluruh aktivitas masyarakat yang bersifat animisme, termasuk Gondang. Gondang Sabangunan yang hanya digunakan pada upacara ritual Batak (di luar rumah), sangat terancam eksistensinya pada saat itu. Sehingga masyarakat Batak Toba lebih sering menggunakan Gondang Hasapi dalam melakukan upacara ritualnya, karena ansambel ini memiliki kualitas suara yang cukup lembut dan cocok digunakan di dalam rumah. Akan tetapi karena para penjajah juga mempekerjakan masyarakat lokal yang dapat berfungsi sebagai mata-mata, kemudian mengetahui aktivitas masyarakat yang secara diam-diam menggunakan Giondang Hasapi dalam upacara ritualnya, sehingga mengancam eksistensinya. Para seniman yang tidak mau kehilangan keseniannya ini, kemudian menggunakan Gondang Hasapi sebagai sarana hiburan, hingga munculnya Opera Batak. Opera Batak merupakan gabungan dari berbagai macam seni pertunjukan, seperti musik, drama, dan tari. Munculnya Opera Batak ini disambut baik oleh masyarakat Batak, hingga akhirnya pindah ke Jakarta. Inilah awal mula masuknya Gondang Hasapi ke Jakarta. Gondang Hasapi pada masyarakat Batak di berbagai daerah saat ini telah mengalami perubahan fungsi serta instrumentasinya. Gondang Hasapi pada saat ini masih tetap digunakan oleh masyarakat Batak yang ada di Jakarta, akan tetapi fungsinya hanya sebagai hiburan pada acara pesta pernikahan masyarakat Batak Toba. Disamping itu perubahan juga terjadi pada instrumentasinya yang menggabungkan berbagai instrumenyang ada, mulai dari instrumenyang ada pada Gondang Sabangunan, hingga instrumenmesik barat seperti Keyboard, Saxophone, Trompet, Biola, dan lain-lain, termasuk vokal. Penggabungan ini didasari oleh nada-nada yang ada pada Gondang Hasapi memiliki jangkauan nada seperti musik barat, sehingga ansambel ini cocok digabungkan dengan berbagai instrumenyang memiliki tangga nada diatonis.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM/NIP/NIDN/NIDK
Nicholas Sirait, Febriandynim0510268015
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDK
ContributorKrismus, Krismusnidn0025126206
ContributorRazak, Amirnidn0011117103
Department: KODEPRODI91201# ETNOMUSIKOLOGI
Uncontrolled Keywords: Perubahan teks dan konteks Gondang Hasapi.
Subjects: Etnomusikologi
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi
Depositing User: jody JS Santoso
Date Deposited: 27 Oct 2023 06:25
Last Modified: 27 Oct 2023 06:25
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/15349

Actions (login required)

View Item View Item