Seni Pertunjukan Sebagai Pertunjukan Kebudayaan Transmisi Pemikiran Nilai-Nilai Tradisi

Yudiaryani, - (2015) Seni Pertunjukan Sebagai Pertunjukan Kebudayaan Transmisi Pemikiran Nilai-Nilai Tradisi. In: Seminar Nasional Program Pascasarjana ISI Pandangpanjang dengan tema “Menggali Asas Pemikiran Seni Peradaban Melayu”, 29 Oktober 2015, Pandang.

[img]
Preview
Text
Seni Pertunjukan Sebagai Pertunjukan Kebudayaan.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Berbicara tentang menggali asas pemikiran seni peradaban Melayu, maka diperlukan pengenalan tentang beberapa prospek pemikiran dan kebudayaan Melayu dari zaman pra-Islam hingga ke zaman modern, yaitu, di antaranya, latar belakang sejarah bangsa Melayu, kepercayaan masyarakat Melayu dari tingkat animisme, pengaruh Hindu, hingga penyebaran Islam dalam kebudayaan Melayu. Namun demikian, makalah ini cukuplah memperbincangkan tentang bagaimana wujud budaya Melayu beserta nilai-nilainya. Kemudian bagaimana “cara” agar nilai-nilai tersebut mampu diperagakan dalam seni pertunjukan. Tentu saja peragaan budaya semacam itu membutuhkan suatu tahapan “transmisi” nilai-nilai dari suatu budaya sumber menuju suatu budaya target. Kepercayaan animisme merupakan suatu tahap perkembangan pemikiran Melayu pada zaman pra-Islam. Saat itu merupakan suatu corak pemikiran animisme dalam mayarakat Melayu yang perlu diingatkan sebagai suatu kenyataan sejarah tentang warisan kepercayaan Melayu. Peradaban tentang tradisi seperti sistem kemasyarakatan, adat istiadat, dan seni pertunjukan tradisi dipahami untuk melihat perubahan budaya yang dialami masyarakat Melayu. Berbagai pendapat tentang etimologi kata “melayu” telah diberikan oleh para ahli, seperti kata “melayu” berasal dari kata “melaju” dasar katanya laju bermakna cepat, deras dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang melayu bersifat tangkas dan cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan yangkas. Pakar Melayu, Harun Aminurrashid menyatakan Melayu berasal dari istilah bahasa Sanskrit, yaitu “malaya”, atau dari perkataan Tamil yaitu “malai” yang berarti bukit atau tanah tinggi. Van Ronkel peneliti tulisan Arab Melayu berpendapat bahwa bangsa Melayu ialah orang yang bertutur bahasa Melayu dan mendiami semenanjung tanah Melayu, kepulauan Riau Lingga serta beberapa daerah Sumatara khususnya di Palembang dan Jambi. Nenek moyang Melayu berasal dari bangsa Austronesia Proto, Melayu Proto, Mongoloid, Indonesia ( Malayan) suku bangsa ini berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan mereka mengembara ke selatan melalui lembah sungai Mekong (kira-kira 2500-1500 sebelum masehi). Kemudian mereka mendiami semenanjung tanah melayu, kepulauan Indonesia, Madagaskar dan pulau-pulau Timur. Secara geografis, orang Melayu meliputi penduduk yang mendiami semenanjung tanah Melayu dan gugusan pulau-pulau Melayu atau Nusantara. Budaya Melayu umumnya dikenal sebagai budaya yang terbuka. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai jati diri keMelayuan adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”. Adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan rumah tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat—pepatah petitih, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair— yang mereka warisi turun temurun. Sifat keterbukaan dalam budaya Melayu juga dikawal oleh sifat-sifat saling hormat-menghormati serta menjaga kebersamaan. Dalam ungkapan budaya Melayu dikatakan, hidup serumah beramah-tamah, hidup sedusun tuntun-menuntun, hidup sekampung tolong-menolong, hidup senegeri beri-memberi, hidup sebangsa rasa-merasa. Jika ungkapan ini diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka persengketaan, prasangka buruk, dan permusuhan di antara sesama akan hilang. Sebaliknya, jika ungkapan ini diabaikan, maka yang terjadi adalah hidup serumah sumpah-menyumpah, hidup sekampung gulung-menggulung, hidup senegeri iri-mengiri. Budaya Melayu memang terbuka, tetapi tidak semua unsur luar dapat diterima. Pepatah Melayu mengatakan, kalau kecil kami sambut dengan telapak tangan, kalau besar kami tadahkan dengan nyiru. Nyiru ini berfungsi untuk mengayak dan menapis (filterisasi) unsur-unsur dari luar tersebut. Jadi, konsep budaya Melayu ketika menghadapi era global adalah unsur memfilter terlebih dahulu segala hal yang masuk ke dalam alam budaya Melayu. Hal ini sesuai dengan ungkapan Melayu, yang sesuai kita pakai, yang tertelan kita makan, yang senonoh kita jadikan contoh, yang sepadan kita jadikan teladan. Saat ini, peranan adat nampaknya tidak lagi sekental dahulu, sehingga fungsi penapisnya juga turut luntur dan melemah. Akibatnya, di dalam masyarakat Melayu, banyak sudah unsur-unsur negatif budaya luar yang masuk dan merebak ke dalam masyarakat Melayu, terutama melanda generasi mudanya. Oleh karena menurunnya wibawa adat, menyebabkan terjadi semacam krisis akhlak, sehingga banyak sudah anggota masyarakat adat Melayu yang tidak lagi berperilaku sebagai orang beradat, tetapi berubah menjadi orang yang emosional dan kehilangan sopan santun. Ungkapan di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung kini pun berubah menjadi di mana bumi dipijak, di situ bumi di kaveling. Seperti halnya nilai-nilai di daerah di seluruh Nusantara, nilai-nilai budaya Melayu sudah banyak dilupakan sehingga berakibat pada munculnya krisis moral, kepemimpinan, dan kepercayaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan penanaman nilai-nilai asas budaya Melayu ke dalam diri setiap insan Melayu secara luas. Nilai-nilai yang mengandung tunjuk ajar dan petuah diharapkan dapat menjadi simpul pemersatu bangsa dan mewujudkan kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera.

Item Type: Conference or Workshop Item (Speech)
Creators:
CreatorsNIM
Yudiaryani, -UNSPECIFIED
Uncontrolled Keywords: Seni Pertunjukan, Pertunjukan Kebudayaan
Subjects: Teater > Penciptaan (penyutradaraan, penataan artistik, penulisan naskah,pemeranan)
Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi)
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Teater
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 31 May 2017 04:10
Last Modified: 31 May 2017 04:10
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1714

Actions (login required)

View Item View Item