Sunarto, Dosen (2012) Prosiding seminar nasional seni kria, Kria: kesinambungan dan perubahan. In: seminar nasional seni kria.
Full text not available from this repository.Abstract
Mendengar istilah seni tatah-sungging kulit tidak asing di telinga, istilah itu telah beberapa lama digunakan oleh Dinas Perindustrian untuk menyebutkan sebuah sentra kerajinan kulit khusus yang mengolah kulit mentah yang lazim dinamakan kulit perkamen, seperti di Pucung Wukirsari, Panggungharjo, dan Gendeng Bangunjiwo. Dalam lembaga pendidikan dikenal sejak dibukanya kursus pedalangan 'Habiranda' di keratin Yogyakarta, kemudian program Jurusan seni Kriya pada Akademi Seni Rupa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah. Namun baru muncul sebagai program kriya kulit pada saat berdirinya Institul Seni Indonesia Yogyakarta. Dalam kenyataannya belum banyak diketahui oleh masyarakat, justru lebih dikenal produknya dari pada istilah yang dipakai dalam pengelompokkan jenis kriya ini. Seni kriya pada umumnya dikelompokkan sesuai dengan maieri (bahan) digunakan serta teknik yang diterapkannya. Seperti kriya kayu (bahan-bahannya adalah kayu), kriya logam dengan bahan baku logam, tekstil yang meliputi tenun, batik dan tapestri dengan bahan serat benang, keramik dengan bahan baku tanah liat dan kriya kulit dengan bahan utamanya adalah kulit binatang. Dalam kriya kulitpun dikenal beberapa kelompok, yang salah satunya seni tatah-sungging kulit. Seni tatah-sungging kulit adalah kelompok seni kriya yang menggunakan bahan utama (bahan baku) kulit mentah (perkamen) dari kulit binatang, seperti kulit kerbau, lembu (sapi), domba(kambing) dan sebagainya. Jenis kulit ini yang sudah lazim dipakai dalam seni tatah sungging kulit. Namun masih banyak jenis lainnya yang belum digunakan, belum lagi merambah pada jenis binatang lain seperti kulit ikan. Pada prinsipnya yang memiliki ketebalan dapat digunakan untuk berkreasi dalam bidang ini. Perwujudan karya dilakukan dengan teknik ditatah(ukir) dan disungging dengan beraneka macam bentuk. Jadi walaupun dengan menggunakan bahan baku kulit mentah, tetapi dalam mewujudkan karya tidak menggunakan teknik ditatah dan disungging bukanlah seni tatah-sungging kulit. Seni tatah-sungging kulit mempunyai suatu yang istimewa bila dibandingkan dengan teknik lainnya. Dalam berkarya Seni tatah-sungging kulit memerlukan ketekunan, ketelitian dan kecermatan lebih besar agar menghasilkan suatu karya benilai tinggi.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Uncontrolled Keywords: | seni,wayang, kulit, kerajinan | ||||
Subjects: | Karya Dosen Kriya > Kriya Kulit |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Kriya > Kriya Kulit | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 30 Oct 2014 02:33 | ||||
Last Modified: | 30 Oct 2014 02:33 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/173 |
Actions (login required)
View Item |