Tanjidor dalam Sembahyang Rebut di Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat

Ahyar, Sohibal (2023) Tanjidor dalam Sembahyang Rebut di Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img] Text
Sohibal Ahyar_2023_FULL TEKS.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text
Sohibal Ahyar_2023_BAB IV.pdf

Download (558kB)
[img] Text
Sohibal Ahyar_2023_Pernyataan Publikasi.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (121kB) | Request a copy
[img] Text
Sohibal Ahyar_2023_BAB I Pendahuluan.pdf

Download (599kB)

Abstract

Sembahyang rebut di Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat merupakan kegiatan upacara ritual yang ditujukan kepada arwah leluhur maupun Tuhan semesta alam. Kata “sembahyang” dapat diartikan sebagai penyataan hormat dan khidmat, sedangkan kata “rebut” dapat diartikan sebagai berlomba atau bersaing untuk mendapatkan sesuatu, yakni merebut sesaji yang disediakan untuk arwah leluhur. Sembahyang rebut dapat dipahami sebagai kegiatan upacara yang ditujukan kepada para leluhur maupun Tuhan semesta alam, dan di akhir upacara terdapat proses berebut berbagai macam sesaji. Dalam prosesi upacara menggunakan berbagai perlengkapan upacara, seperti sesaji, benda-benda sakral, pelaku ritual, dan kesenian tanjidor. Kesenian tanjidor di Kecamatan Jebus berbeda dengan tanjidor yang terdapat di berbagai daerah lain di Indonesia. Perbedaan tersebut tampak bahwa kesenian tanjidor digunakan untuk mengiringi prosesi upacara. Lagu yang dimainkan pun hanya satu buah lagu yang berjudul meng li qing ren. Keunikan tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengkajinya lebih dalam. Penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan pendekatan Etnomusikologis, yang mengupas aspek tekstual dan aspek kontekstual. Dari aspek tekstual peneliti menggunakan teori dari Marco De Marinis yang didukung oleh konsep dari Karl Edmund Prier, SJ, sedangkan aspek kontekstual peneliti menggunakan teori semiotika dari Charles Sanders Pierce dan didukung oleh konsep yang ditawarkan Robert Creig. Hasil yang didapat dari penelitian ini terdiri dari dua aspek, yakni aspek aplikasi yang bersifat fisik (tekstual) dan aspek hakekat yang bersifat metafisik (kontekstual). Dari aspek aplikasi (tekstual) ditemukan bahwa lagu meng qing ren sebagai tanda, sembahyang sebagai objek, makna dibalik fenomena ini adalah ajakan berdoa di klenteng. Sementara dari aspek hakekat (kontekstual) tanjidor yang memainkan lagu meng li qing ren sebagai tanda, sembahyang rebut sebagai objek, maka maknanya adalah penghormatan dan keberkahan dari Dewi Kwan Im.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM/NIP/NIDN/NIDK
Ahyar, Sohibalnim1810682015
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDK
ContributorCau Arsana, I Nyomannidn0007117104
ContributorRazak, Amirnidn0011117103
Department: KODEPRODI91201#ETNOMUSIKOLOGI
Uncontrolled Keywords: sembahyang rebut, tanjidor, lagu meng li qing ren, Dewi Kwan Im.
Subjects: Etnomusikologi
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi
Depositing User: Sohibal Ahyar
Date Deposited: 09 Aug 2024 02:49
Last Modified: 09 Aug 2024 02:49
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/17566

Actions (login required)

View Item View Item