Penyajian Gending-Gending Tradisi : Babad, Semanggita, Irim-Irim Dan Ayak-Ayak Goro-Goro

Sholikin, Fadilah (2000) Penyajian Gending-Gending Tradisi : Babad, Semanggita, Irim-Irim Dan Ayak-Ayak Goro-Goro. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

	Text Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (86MB) | Request a copy
	Text BAB I.pdf Download (19MB)
	Text BAB IV.pdf Download (2MB)

Abstract

Kraton Yogyakarta merupakan salah satu tempat lahirnya gending-gending Jawa yang dipengaruhi oleh kondisi kehidupan dari masa ke masa. Gending Babad salah satu gending soran yang diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I. Lain halnya dengan gending Semanggita, menurut pendapat dari beberapa nara sumber gending ini termasuk gending lirihan yang berlaras pelog patet nem, tetapi di bagian ngelik terdapat balungan yang berseleh nada 7 (barang), sehingga memerlukan interpretasi garap yang tinggi dan hal ini menarik untuk disajikan. Gending lanjutannya adalah ladrang Mardawagita, ladrang ini memiliki gerongan yang berisi tentang ungkapan kelembutan orang tua dalam memberikan petunjuk kepada anak. Gending Srimpi Irim-irim mengalami kejayaan pada masa K.R.T. Wiraguna, Srimpi ini menggambarkan perang tanding antara Prabu Kuraisin dengan Dewi Bonowati. Perang tanding ini tidak ada yang menang dan kalah, karena dalam kehidupan antara baik dan buruk selalu berdampingan . Ayak-ayak Goro-goro ini menggambarkan suasana alam semesta (segala aspek kehidupan dunia). Proses penggarapan penyajian gending tersebut yaitu, menafsir notasi balungan, tafsir patet tiap gatra, tafsir garap vokal, dan tafsir garap instrumen. Dalam penyajian gending-gending tradisi tersebut bertujuan untuk melestarikan dan mensosialisasikan seni budaya adiluhung Yogyakarta.

Actions (login required)

View Item