Yantoro, Heri (2005) Perilaku Maskulinitas sebagai Subjek Penciptaan. Skripsi thesis, Insitut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
BAB I.pdf Download (4MB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (1MB) |
|
Text
Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (25MB) | Request a copy |
Abstract
Interaksi antara kaum laki-laki dengan perem puan dalam menjalankan fungsi sosiaJ di tengah masyarakat, bagi penulis menimbulkan pengalaman dan perenungan estetis yang menghadirkan fantasi dan imajinasi ke dalam visualisasi karya seni grafts. Hegemoni laki-laki atas perempuan di Indonesia sudah begitu mapan hingga mengkultur dari zaman ke zaman. Monumen Nasional yang berdiri tegak di jantung kota Jakarta yang berbentuk linggayoni adalah suatu simbol kejantanan laki-laki, yang dirancang Soekamo, ketika menjadi Presiden I RI. Pada masa Orde Baru, Soeharto adalah pucuk pimpinan, raja-diraja sebagai gambaran ideal leJaki Jawa. Dominasi maskulinitas memang luar biasa, sehingga segala sisi kehidupan manusia yang mengedepankan nilai-nilai kekuasaan, kekuatan, kekerasan, telah menjadikan hilangnya harmoni kehidupan. Kualitas maskulin selalu merasa lebih superior ketimbang kualitas feminin. Karakter bentukannya yang cenderung rasional, kompetitif dan agresif sudah modus dalam panggung kehidupsan manusia modem,terutama dalam panggung politik dan ekonomi. Tetapi di satu sisi, gender adalah produk dari budaya manusia yang fenomenal, yang mencakup stereotip maskulin dan ferninin dengan karakter bentukan yang berbeda beda. Hal tersebut menim bulkan suatu wacana tentang nilai-nilai maskulinitas, yaitu sifat-sifat yang dianggap lazim dimiliki laki-laki ternyata dimiliki juga oleh perempuan bahkan terkesan tertukar. Disatu pihak ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,keibuan, dan berwatak tertutup. Begitu pula perempuan ada juga yang kuat, kasar, agresif, rasional, perkasa dan berwatak terbuka. Perubahan dari sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat satu ke tempat yang lain. Laki-laki diakui maskulinitasnya jika terlayani oleh perempuan, sementara perempuan terpuaskan feminitasnya jika dapat melayani laki-laki.Suatu kesimpulan bahwa perilaku kekerasan pria terhadap pasangannya adalah termasuk: dalam orientasi sosial pria tersebut di lingkungan masyarakat untuk menunjuk pada identitas diri, meskipun kegiatan-kegiatan manusia tidak berhasrat menuju kemutlakan karena hal tersebut merupakan tujuan manusiawi belaka. Hanya saja terkadang dalam realitas kegiatan-kegiatan itu berhubungan pula dengan perasaan perasaan estetis, karena bertolak dari pengalaman dan kesan yang menimbulkan keindahan yang berhasil penulis ungkapkan dalam bentuk seni gratis.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI90201#SENI RUPA MURNI | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | maskulinitas, laki-laki, perempuan | |||||||||
Subjects: | Seni Murni > Seni Grafis | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Grafis | |||||||||
Depositing User: | sri SE endarti | |||||||||
Date Deposited: | 15 Aug 2024 05:10 | |||||||||
Last Modified: | 15 Aug 2024 05:10 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/17937 |
Actions (login required)
View Item |