Mengamati Beberapa Format Teater Modern : Fenomena Bengkel Teater-Teater Gandrik- Teater Kampus(Studi teknik Mini Kata dan teknik Plesetan)

Yudiaryani, - (1998) Mengamati Beberapa Format Teater Modern : Fenomena Bengkel Teater-Teater Gandrik- Teater Kampus(Studi teknik Mini Kata dan teknik Plesetan). In: Ceramah Teater Modern, 24 Oktober 1998, Taman Budaya Provinsi Jawa Timur di Surabaya.

[img]
Preview
Text
Mengamati Beberapa Format Teater Modern.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Teater modern Indonesia merupakan dunia seni tradisi dengan perkembangan dan perubahannya. Memahami kata modern berarti menoleh pada tradisi. Idiom-idiom tradisional yang dapat kita amati dan hadir dalam modernitas teater diantaranya wayang/ketoprak dalam Bengkel Teater, trans kata-kata dalam Teater Mandiri, dagelan mataram dalam Gandrik, dardanela dalam teater Koma. Hal ini berarti bahwa teater modern di Indonesia tidak akan dapat terlepas dari akar budayanya. Dinamika kehidupan modern yang mewaktu mencipta ruang kreatifitas dan kontemplasi yang bersifat sirkuler dan simultan. Tak ada akhir dan awal bagi suatu bentuk kesenian. Suatu kebaruan selalu membawa serta kelampauan. Semisal karya modern semacam Teater Garasi sebagai Teater Kampus di Yogyakarta akan terbersit pula nuansa Gandrik, dan Bengkel Teater. Demikian juga greget teater kolaborasi- multi kultur/inter kultur akan mengingatkan bentuk-bentuk teater tradisi di Indonesia. Monolog sebagai karya pemeranan mengingatkan pula pada seorang pendeta dalam upacara-upacara keagamaan dengan sifat mistis yang dimilikinya, atau dalang wayang kulit sebagai penentu pertunjukan. Monolog sebagai representasi jalan pikiran manusia menjadi bukti keinginan individu seniman untuk mencapai ketahanan dan keunggulan manusia dalam menghadapi kompleksitas persoalan. Maraknya pentas monolog sepantasnyalah kita sambut dengan hangat. Di atas panggung akan kita saksikan seseorang dengan etos kerja, intelektual dan spritualnya, membimbing kita sampai pada pemahaman bahwa energi tidak berada di luar diri kita, namun terpateri erat dalam hati sanubari kita. Seorang monolog adalah penguasa dari hulu ke hilir, dari konsep hingga pementasan. Muncul kemudian pertanyaan mungkinkah seorang aktor monolog ingin menyaingi tugas dan fungsi seorang sutradara?. Mungkinkah posisi yang selama ini dipinggirkan berusaha mencari tempat yang lebih dapat diperhitungkan? Mungkinkah selama ini manusia sudah bosan dimainkan, dan saat ini mereka berusaha untuk memainkan?

Item Type: Conference or Workshop Item (Speech)
Creators:
CreatorsNIM
Yudiaryani, -UNSPECIFIED
Uncontrolled Keywords: Teater Modern, Bengkel Teater-Teater Gandrik- Teater Kampus
Subjects: Teater > Penciptaan (penyutradaraan, penataan artistik, penulisan naskah,pemeranan)
Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi)
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Teater
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 08 Jun 2017 01:35
Last Modified: 08 Jun 2017 01:35
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1804

Actions (login required)

View Item View Item