Novelia, Triwik (2023) Jemblung Dalam Acara Pasar Rakyat Menyambut Hut Nu Ke-100 Di Kelurahan Lirboyo Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
2023_Triwik Novelia_FULL TEXT.pdf Restricted to Repository staff only Download (6MB) | Request a copy |
||
Text
2023_Triwik Novelia_BAB I.pdf Download (1MB) |
||
Text
2023_Triwik Novelia_BAB IV.pdf Download (285kB) |
||
|
Image
IMG_5270.jpg Download (1MB) | Preview |
Abstract
Jemblung merupakan seni dakwah yang menekankan pada aspek lisan (dongeng) dengan iringan dan tanpa menggunakan alat visualisasi pada masa Wali Sanga. Jemblung yang berkembang di Kota Kediri dikenal dengan istilah “Jemblung Kediren”, karena memiliki ciri khas dan terdapat perbedaan pada bentuk penyajian dari Jemblung pada umumnya. Berbeda dengan zaman dahulu, Jemblung yang biasa disajikan di acara pernikahan, sunatan, dan agustusan, kini Jemblung hanya disajikan di acara organisasi dan acara pemerintahan saja. Hal ini yang membuat munculnya rumusan masalah mengenai bagaimana bentuk penyajian Jemblung dan apa fungsi Jemblung dalam acara Pasar Rakyat Menyambut HUT NU ke-100 di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnomusikologis dan teknik pengumpulan data yang meliputi, observasi, wawancara, studi pustaka, dokumentasi, dan yang terakhir yaitu melakukan analisis data. Jemblung dalam acara Pasar Rakyat, ditampilkan pada hari ketujuh sebagai repertoar terakhir sekaligus penutup acara. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, Penyajiannya terdiri dari dua bentuk, yaitu lagu dan cerita. Dalam lagu Jemblung, terdapat empat lagu yang dianalisis yaitu Sholawat Badar, Siwa Rohman, Sampak, dan Giro Mbangun Desa. Hasil dari analisis teks lagu ini yaitu tidak terdapatnya laras maupun pathet yang digunakan oleh Jemblung. Penyajian lagu Jemblung lebih menekankan pada keindahan garapan sesuai dengan selera penggarapnya, meskipun garapan lagunya menggunakan gamelan. Terkait dengan penyajian ceritanya, Jemblung tidak memiliki transisi per adegan, babak, ataupun juga pembagian tiga bagian, seperti awal, tengah, akhir sesuai pada pewayangan umumnya. Namun jika diibaratkan dalam pewayangan umum, lagu Sholawat Badar, Siwo Rohman, dan Giro Mbangun Deso dapat dikatakan sebagai uyon uyon atau manguyu-nguyu sebelum masuk cerita dalam pewayangan. Kemudian lagu Yola Gendhung dan Gilar-gilar sebagai talu jika digambarkan dalam urutan pewayangan. Selanjutnya cerita mengalir begitu saja tanpa ada pembagian adegan lagi sampai dengan cerita selesai disajikan. Terkait dengan analisis konteks Jemblung terhadap masyarakat dalam acara Pasar Rakyat menyambut HUT NU ke- 100, Jemblung memiliki fungsi primer sebagai presentasi estetis, dan hiburan, juga fungsi sekunder sebagai media komunikasi, propaganda keagamaan, pengikat solidaritas masyarakat, dan media promosi.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI91201#ETNOMUSIKOLOGI | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Jemblung, Hiburan, Masyarakat | |||||||||
Subjects: | Etnomusikologi | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi | |||||||||
Depositing User: | Triwik Novelia | |||||||||
Date Deposited: | 20 Aug 2024 06:58 | |||||||||
Last Modified: | 20 Aug 2024 06:58 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/18285 |
Actions (login required)
View Item |