Korelasi Selera Lukisan Dengan Kelas Sosial Dalam Dunia Seni Lukis Yogyakarta

Zuliati, NIM 0411702021 (2010) Korelasi Selera Lukisan Dengan Kelas Sosial Dalam Dunia Seni Lukis Yogyakarta. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (15MB) | Preview
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (10MB) | Request a copy
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (21MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
BAB IV.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (5MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Dari pemaparan bah-bah di muka telah dijelaskan mengenai korelasi antara selera dengan kelas sosial dalam dunia seni lukis di Yogyakarta dengan menggunakan teori Pierre Bourdieu mengenai selera. Menurut Pierre Bourdieu, selera bukan sesuatu yang bersifat netral dan tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar konstruksi sosial. Selera ditentukan dan diorganisasi sesuai posisi seseorang dalam masyarakat dan merupakan suatu cara untuk membedakan diri dari kelas sosial yang lain dan mempertegas batas-batas sosial. Selera juga menentukan apa yang layak dilegitimasi sebagai yang baik atau buruk di dalam relasi sosial. Segala yang terbentuk dan terkait dengan relasi sosial, interaksi sosial, pengaruh-pengaruh dan kelas sosial dapat dikatakan sebagai produk sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut maka selera terhadap lukisan dapat diasumsikan sebagai salah satu produk sosial dan dapat diteliti menggunakan pendekatan ilmu sosial. Pengkajian ini juga menjelaskan mengenai struktur dan kelas sosial masyarakat Yogyakarta yang berubah dari waktu ke waktu. Saat ini akibat adanya globalisasi dan urbanisasi telah mengubah konfigurasi kelas sosial masyarakat Yogyakarta yang dahulu cenderung homogen. Sekarang kelas sosial di Yogyakarta lebih kompleks. Dari kompleksitas masyarakat tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat Yogyakarta terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang bertingkat sesuai dengan kepemilikan modal ekonomi , modal sosial, modal simbolik, dan modal kultural. Secara umum , masyarakat Yogyakarta dapat dikategorikan menjadi beberap a kelas sosial yaitu , kelas atas yang diwakili oleh pengusah a, kelas men ngah terdiri dari manajer, pedagang, pegawai , dan kelas bawah yaitu buruh dan kaum tani. Hasil pengkajian ini juga menunjukkan dunia seni lukis Yogyakarta yang sangat dinamis. Hal ini disebabkan oleh faktor historis dan sosiologis yang mendukung tumbuhnya iklim yang kondusif bagi perkembangan dunia seni lukis di Yogyakarta. Masing-masing kelas sosial di Yogyakarta mempunyai selera lukisan yang berbeda. Selera tersebut terbentuk dari hasil interaksi sosial dan proses intemalisasi mengenai nilai-nilai dan pandangan hidup yang dilakukan dalam jangka waktu lama di dalam keluarga, lingkungan sosial, dan mel alui pendidikan. Secara umum bahwa proses apresiasi terhadap karya seni lukis termasuk selera ditentukan oleh interaksi sosial antar invidu dengan individu, individu dengan kelompok sosial atau antara kelompok dengan kelompok yang lain. Dalam proses interak si tersebut terjadi komunikasi dan saling mempengaruhi. Interaksi dalam kelas sosial menentukan selera terhadap karya seni lukis. Disitulah terjadi mekanisme penentuan bagi karya seni lukis yang dianggap lebih bagus dan yang lainnya tidak bagus. Kepemilikan modal ekonomi, modal budaya, dan modal kultural dalam masyarakat menentukan reproduksi hubungan diantara kelompok kelompok kelas sosial termasuk mengenai selera terhadap seni lukis. Kelas dominan berusaha melanggengkan kekuasannya untuk menentukan mana selera yang buruk dan mana selera yang baik melalui kolaborasi dengan elemen-elemen dalam dunia seni rupa. Menurut teori Pierre Bourdieu ditemukan bahwa dalam masyarakat seni lukis Yogyakarta terdapat tiga jenis seni lukis yaitu seni lukis yang dicirikan bagai seni lukis untuk kalangan atas, lukisan untuk kelas menengah, dan lukisan yang diapresiasi oleh kalangan bawah. Lukisan yang dipersepsikan sebagai selera dari kalangan atas adalah karya seni yang umurnnya dihasilkan oleh seniman muda yang berasal dari lulusan perguruan tinggi seni (mengenyam pendidikan tinggi), selain mempunyai kemampuan teknis juga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan tema lukisanĀ­ lukisannya, memakai material dari merk-merk tertentu yang dianggap berkualitas .Umumnya karya-karya yang dihasilkan dipamerkan di galeri atau ruang-ruang seni dan mempunyai harga rata-rata di atas sepuluh juta . Karya seni lukis yang dikonsumsi masyarakat kelas menengah hampir semua dihasilkan oleh seniman yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, tetapi mempunyai ketrampilan dalam melukis. Karya-karya seni lukis ini banyak yang terdapat di daerah-daerah pusat penjualan lukisan seperti Sagan, Colombo, dan Malioboro . Objek lukisan umumnya adalah pemandangan (alam pedesaan, persawahan, atau pegunungan),binatang, alam benda, dan lukisan dengan teknik abstrak. Lukisan-lukisan tersebut menggunakan media kanvas dan cat dengan warana-warana cerah. Masing-masing lukisan dibuat dalam jumlah banyak. Harga berkisar antara lima ratus ribu samapai tiga juta, tergantung ukuran dan bingkai lukisan. Dalam penelitian ini juga ditemukan juga bahwa kelas bawah yang terdiri dari buruh dan petani kecil mempunyai kemampuan terbatas untuk membeli karya seni lukis. Meskipun demikian, kalangan ini juga menyukai bentuk-bentuk karya seni lukis. Strategi menikmati karya seni lukis dari kalangan bawah ini adalah dengan membeli karya-karya seni lukis reproduksi yang kemudian dicetak dalam jumlah banyak dengan media kertas, dijual dengan harga relatif sangat murah. Selain itu, juga dapat dilihat karya-karya seni lukis yang terdapat di slebor-slebor becak. Lukisan-lukisan di slebor becak dimaksudkan oleh pemilik becak untuk memperindah dan memunculkan rasa senang. Lukisan di slebor becak umumnya adalah pemandangan yang terdiri dari elemen-elemen seperti: gunung, danau, sungai, perahu, dan pepohonan. Wama yang digunakan adalah warna-warna cerah dari bahan cat genteng. Dengan pemaparan seperti itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan selera karya seni lukis masing-masing kelas sosial di dalam masyarakat Yogyakarta. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kuantitas dan kapasitas modal ekonomi, modal kultural, dan modal sosial yang berbeda pada masing-masing kelas sosial.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM
Zuliati, NIM 0411702021UNSPECIFIED
Department: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Additional Information : M. Agus Burhan, SUwarno Wisetrotomo
Uncontrolled Keywords: Kelas Sosial, Seni Lukis
Subjects: Seni Murni > Seni Lukis
Divisions: Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Lukis
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 03 Oct 2017 07:55
Last Modified: 03 Oct 2017 07:55
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/2387

Actions (login required)

View Item View Item