I Nyoman Cau Arsana, NIDN. 0007117104 (2015) Têtabuhan Dan Têtêmbangan Dalam Upacara Ngaben Di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Bali. Project Report. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.
|
Text
bab 1.pdf Download (1MB) | Preview |
|
Text
bab 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (994kB) | Request a copy |
||
Text
bab 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (757kB) | Request a copy |
||
Text
bab 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (904kB) | Request a copy |
||
Text
bab 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy |
||
|
Text
bab 6.pdf Download (956kB) | Preview |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsi, serta mengeksplanasi têtabuhan dan têtêmbangan dalam upacara ngaben dengan menggunakan pendekatan etnomusikologis. Sesuai dengan karakteristik topik penelitan yang diajukan, maka jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif. Langkah penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara mendalam (indepth interview), dan melakukan participant observation. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan disusun menjadi laporan penelitian. Penggunaan têtabuhan (musik instrumental) dan têtêmbangan (musik vokal) dalam upacara ngaben di kalangan masyarakat Hindu Bali sangat bervariasi sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Ada beberapa têtabuhan yang biasa digunakan dalam upacara ngaben antara lain: ansambel balaganjur, gender wayang, angklung, gambang, selonding, gong gede, dan gong kebyar. Sementara têtêmbangan yang biasa digunakan adalah pupuh, kidung, dan kakawin. Dilihat secara konseptual, bahwa nada-nada yang disusun dalam têtabuhan dan têtêmbangan diyakini oleh masyarakat Bali sebagai Nada Brahman yang menempati penjuru alam semesta. Nada-nada tersebut dipakai sebagai sarana pemujaan kepada ista dewata. Dalam perilaku kehidupan masyarakat Bali, penghormatan kepada benda-benda seni (têtabuhan dan têtêmbangan) secara niskala, diwujudkan dengan mengadakan upacara yang dilakukan pada Tumpek Wayang atau Tumpek Kerulut. Secara sakala, masyarakat melestarikan seni-seni tersebut melalui latihan-latihan yang dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok seni (sekaa gong atau sekaa santi). Adanya konsep dan perilaku masyarakat seperti itu menjadikan têtabuhan dan têtêmbangan sebagai bunyi semakin meningkat baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini menyebabkan penggunaannya dalam upacara ngaben tidak saja mengandung estetika yang tinggi, tetapi juga mengandung makna yang dalam seperti makna penyucian, makna perpisahan, makna peleburan, dan makna pengharapan. Têtabuhan dan têtêmbangan dalam upacara ngaben dapat dipandang sebagai persembahan sekaligus doa yang indah serta penuh makna. Oleh karena itu, sangatlah wajar apabila sampai saat ini têtabuhan dan têtêmbangan digunakan dalam prosesi upacara ngaben.
Item Type: | Monograph (Project Report) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta | ||||
Uncontrolled Keywords: | têtabuhan, têtêmbangan, ngaben, makna | ||||
Subjects: | Karya Dosen Etnomusikologi |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 15 Jan 2018 02:59 | ||||
Last Modified: | 15 Jan 2018 02:59 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/2890 |
Actions (login required)
View Item |