Dinamika Kehidupan Pengrajin Mebel Ukir Jepara dan Hasil Karyanya

SP. Gustami, - (1991) Dinamika Kehidupan Pengrajin Mebel Ukir Jepara dan Hasil Karyanya. Other thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB 1.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (5MB) | Request a copy
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (17MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
BAB 5.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (822kB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Semboyan 'hidup atau mati', 'maju atau mundur' bersama sama dengan kayu, tampaknya merupakan .cermin lekatnya jiwa profesionalitas di dalam diri para pefajin mebel-ukir Jepara, sekaligus cermin besarnya motivasi untuk maju bersama dengan bidang profesinya. Hal itu dapat terjadi karena se- jak kecil mereka berada di lingkuangan yang dinamis, selalu bergerak dari tempat yang satu ke tempat lainnya, mereka dibentuk oleh kondisi lingkungan menu ntut kerja keras. Mereka merasa tidak perlu takut mengalami jatuh-bangun, tidak perlu takut maju atau bangrut, karena hanya ada dua kemungkinan itu yang bisa terjadi pada setiap usaha yang dilakukan oleh manusia. DEngan keyakinan seperti itu membuat mereka tidak menge nal istilah putus asa, namun panta ng rnenye rah dalam menghadapi setiap kesulitan yang timbul. hlereka dapat saja mulai usahanya dari menjadi tukang mebel atau tukang ukir, sebagai langkah menggali pengalaman melalui jalur non formal. Pengalaman berkiprah di lapangan usaha secara langsung itu menurut •mereka dapat mempercepat seseorang menjadi dewasa, cepat me1n peroleh nafkah, dan se sudah itu dapat dengan segera mengembangkan sayapnya untuk berusaha sendiri. Umumnya sejak anak-anak berusia belasan tahun sudah mulai dapat mengurus dirinya sendiri, sudah mu lai tidak menggantungkan kebutuhannya kepada orang tua. Setiap orang harus bekerja untuk mempertahankan hidupnya, untuk itu diperlukan modal. Modal utama mereka tidak lain adalah ketrampilan, yaitu ketrarnpilan mengukir atau ketram pilan menjadi tukang kayu (dalam hal ini tukang mebcl). De ngan modal ketrampilannya itu mereka menatap kehidupan ini dengan penuh senyum, mereka bisa saja: ergi ke mana ia suka, dengan bekal satu stel pakaian dan uang transpor menuju kota yang dituju tanpa perasaan was-was terhadap apa yang akan dimakan atau dipakai. Mereka mem punyai keyakinan kuat bahwa di mana-mana ada pekerjaan yang bisa memberi nafkah, sehingga di tempat mere• ka singgah sasaran yang dituju ada lah perusahaan mebel. Di situ ia menawarkan ketrampilannya dan jika terjadi kesepakatan, saat itu pula mereka telah men dapat beaya hidup . Di peran tauan itu pada sore har inya'mereka sering berja lan-jalan untuk mencari relasi baru, kalau-kalau perusahaan yangtengah dia tempati itu mengalami kernundur an. Perusahaan lainnya telah ia siapkan yang sewaktu-waktu diperlukan me reka dengan cepat dapat be.ralih untuk bertahan hidup . Jika usaha di perantauan mengalami kesulitan, langkah sementara adalah kembali ke desa asalnya Jepara , untauk selanjutnya mencari hubungan ke perusahaan lokal. Inilah perilaku pera jin pelaksana mebel-ukir Jepara yang terjadi secara estafet. Pengalaman adalah guru yang terbaik tampaknya tanpa di sadari oleh peraji•n mebel-ukir Jepara justru telah dilaku kan dalam praktek yang sesungguhnya. Seperti setelah berba gai pengalarnan selama diperantauan, ketika mereka kembali ke desa asalnya, dan dia sudah merasa cukup berpengalaman, mulailah dengan babakan baru dalam hidupnya yaitu membangun suatu usaha kecil-kecilan. l\lereka mernbeli sepotong kayu glondong, membuat barang dengan tenaga sendiri mulai dari tukang kayunya, mengukirnya, merakit dan finisingnya, dan setelah menjadi barang dijual sendiri:ctengan jalan ditipkan ke perusahaan yang sudah mapan. Hasil penjualannya dibeli kan bahan lagi dan dikerjakan dalam proses yang sama. Keti ka dia menjual barangnya tad i umumnya telah mula i mendapat kan kepercayaan, dengan tawaran dari pihak pengumpul untuk membuat sesuatu barang . Terjadilah perkembangan baru, dan sejak itu dia sudah mulai m enggunakan tenaga kerja 1neskipun baru satu- dua orang . Waktupun berjalan terus, dan pada akhirnya waktu-wak tunya lebih banyak digunakan untuk menca ri pesanan dan mengelo la proses pembuitannya, sehingga jadi lah ia seorang pengusaha yang berhasil, bah kan selanjutnya karena endapat kepercayaan yang besar dari pelanggan, sam pailah pula sebagai seorang eksportir . Adalah suatu perja lanan yang tidak mengenal lelah, penuh dedikasi dan keulet an serta ketekunan, dibarengi dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. Dalam perkembangannya yang mutakl1ir, para perajin pengusaha mebel ukir Jepara masih harus menghadapi perubahan za man, dalam rnana system pasar global telah menjamah daerah ini, mendorong mereka harus membuat jurus-juru s baru agar eksistensi m ereka sebagai pengusaha tetap eksis dan dapat mongantisipasi timbulnya pasar global tersebut. Untuk memenuhi perkembangan baru itu, mereka juga tampak cukup kreatif terbukti mereka mampu bersaing dengan pengu saha asing meskipun dengan sistem menejemen yang masih ha rus dibina. Pengayaan jenis bahan baku yang digunakanpun terl ihat, misalnya digunakannya berbaga.i lrnyu tahun, seper ti kayu mangga, kayu mahoni, kayu eben (sana keling), dan tentu saja kayu jati. Justru untuk kepentingan ekspor, se suai dengan permintaan pasar, mereka harus mengeringkan ba han bakunya sampai ke tingka.t kekeringan tertentu, maka me sin pengeringpun harus diadakan. Demikian pula untuk menga tasi kerusakan bahan, dipilihlah kayu yang cocok dengan kon disi cuaca daerah konsumen, seperti untuk daerah Eropa lebih banyak menggunakan kayu mahoni, s dangkan untuk daerah Jepang lebih menyukai jenis kayu eben (sana-keling). Demi kianlah pengalaman demi pengalaman terasa semakin meningkat ' kan profesionalitas mereka, mendidik mereka untuk berbuat yang terbaik demi profesi yang ditekuninya. Meskipun dalam keterbatasan jangkauan, namun peranan pe merintah juga tidak dapat diabaikan, terutama dalam segi pro mosi ke pangsa pasar internasional. Jika diperhatikan mengenai bentuk-bentuk basil produksi dan gaya ukiran yang dibuat dan dipasarkan, yang paling banyak justru gaya Eropa. Bagi kalangan perajin atau pengu saha bukanlah suatu masalah, sebab apapun yan mereka buat adalah sudah menjawab perkembangan zarnan. Mereka tidak ambil pusing dengan membanjirnya gaya Eropa, yang jelas mereka telah memberikan yang terbaik bagi masyarakat, daerah, dan negara di dunia percaturan mebel-ukir. Sudah barang tentu hal itu perlu mendapat perhatinn kaum akademisi, demi ident:itas budaya bangsa. Tidak dapat diing kari bahwa hegemoni barat telah merasuk ke sendi-sendi so sial budaya, termasuk bidang seni yang tradis lonal pun te lah mengalami persoalan yang sama.

Item Type: Thesis (Other)
Creators:
CreatorsNIM
SP. Gustami, -UNSPECIFIED
Department: Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta
Uncontrolled Keywords: kriya, ukir, kayu, jepara
Subjects: Karya Dosen
Kriya > Kriya Kayu
Divisions: Fakultas Seni Rupa > Jurusan Kriya > Kriya Kayu
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 06 Jun 2018 04:28
Last Modified: 06 Jun 2018 04:28
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/3153

Actions (login required)

View Item View Item