Sumber-sumber pengaruh arsitektural skulptural dan ornamental pada keraton Yogyakarta

Sumartono, - (1991) Sumber-sumber pengaruh arsitektural skulptural dan ornamental pada keraton Yogyakarta. Project Report. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Preview	Text BAB 1.pdf Download (2MB) | Preview
	Text BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) | Request a copy
	Text BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy
	Text BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy
Preview	Text BAB 5.pdf Download (2MB) | Preview
	Text LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Dari apa yang diuraikan sebelumnya dapatlah dita­ rik kesimpulan bahwa pengaruh terhadap arsitektur, seni patung, dan seni hias pada kompleks Keraton Yogyakarta berasal dari sumber-sumber budaya yang beraneka ragam. Sumber pengaruh pertama adalah dari budaya Indonesia asli. Oalam bidang arsitektur, contoh-contoh dari budaya Indonesia asli ini adalah berupa bangunan­ bangunan tradisional beratap limasan, joglo, dan tajug. Contoh-contoh motif hiasan asli Indonesia adalah mirong, gunungan, dan motif kebenan (yang sangat berbeda dari motif stupi yang terdapat di India). Sumber pengaruh kedua adalah dari budaya Indonesia­ Hindu. Dalam bidang arsitektur, contoh-contohn ya adalah penggunaan patung penjaga ( dwarapa la), m otif hiasa n kema­ mang, dan motif hiasan binatang ganda (sebagai substitusi motif hiasan makara) sebagai bagian dari unsur-unsur ar­ sitektural. Oalam bidang seni patung pengaruh budaya Indonesia-Hindu tampak pada penggunaan patung dwarapala, bentuk puncak tiang lampu (yang menyerupai bagian atas stupa-stupa keliling pada Candi Kalasan yang sekarang su­ dah tidak ada), dan relief-relief bergaya realistik yang menggambarkan motif-motif hiasan palawija (buah dan daun papaya, cabe beserta daunnya, kol, dan lain-lain). Sumber pengaruh ornamental dari budaya Indonesia-Hindu tampak pada penggunaan motif-motif kemamang, garuda mungkur, kepala gajah, dan prabha. Sumber pengaruh ketiga adalah berasal dari luar kedua sumber pengaruh di atas. Dalam bidang arsitektur sumber pengaruh itu berasal dari budaya Yunani dan Rornawi yang kemudian dikembangkan lagi di Zaman Renaissance (penggunaan aedicola, pedimen, tiang beralur, dan kepala tiang/capital Corinthian--yang berisi stilasi daun acan­ thus, yang bentuknya menyerupai tanaman paku-pakuan/fern yang daunnya berombak-ombak), serta budaya Eropa (lampu­ lampu halaman/eksterior). Dalam bidang seni patung sumber pengaruh itu berasal dari budaya Eropa, yakni dalam peng­ gunaan patung-patung realistik untuk hiasan lampu-lampu, yang berupa figur-figur orang Eropa. Adalah menarik bahwa f igur orang Eropa banyak digambarkan sebagai hiasan di kompleks Keraton Yogyakarta. Mungkin penggunaan figur ma­ nusia untuk hiasan lampu-lampu--baik lampu-lampu interior maupun eksterior--bukan budaya Indonesia, sehingga yang digambarkan adalah figur-figur orang Eropa. Untuk seni hias, sumber-sumber pengaruh budaya itu berasal dari Islam (penggunaan mugarnas dan kaligrafi), dari Cina (penggunaan vas-vas tanaman, umumnya monokromatik, yang berhiaskan lukisan-lukisan Cina yang temanya umumnya pe­ mandangan alam), dari Eropa/Belanda (penggunaan motif mahkota/crown), dari Persia (penggunaan motif gitar), da­ ri Turki (penggunaan motif trikona/segi tiga logam), dari Afrika Barat (penggunaan motif banjo), dan dari Timur Oe­ kat (pengguMaan motif zither) Sebagai kata akhir, meskipun sumber-sumber pengaruh arsitektural, skulptural, dan ornamental pada Keraton Yogyakarta berasal dari berbagai macam budaya, termasuk banyak unsur yang berasal dari luar Indonesia, para seniman Indonesia tidak kurang usahanya untuk bersikat kreatif.

Actions (login required)

View Item