Indah Nuraini, - (1990) Tari Bedaya Bedah Madiun Gaya Yogyakarta Dan Mangkunegaran Satu Pengamatan Komparatif. Project Report. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.
|
Text
BAB 1.pdf Download (16MB) | Preview |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) | Request a copy |
||
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (10MB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB 4.pdf Download (1MB) | Preview |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (4MB) | Request a copy |
Abstract
Dapat dikatakan, bahwa dengan adanya perkawinan antara Mangkunegara VII dengan Kanjeng Ratu Timur putra Sultan Hamengku Buw an a VII, meru pakan titik tolak ke beradaan tari Bedaya Bedah Fladiun gaya Yogyakarta di istana Mangkunegaran . Tldak dapat diingkari, bahwa berbagai faktar yang datang dari luar banyak memberikan pengaruh terhadap perkemb angan tari Bedaya Bedah Madiun setelah berada di Man gkuneg aran . Faktor-faktor dari luar yang dimaksud di sini adalah dari luar pelaku serta tradisinya. ' Faktor yang cukup berpengaruh adalah adanya tradisi lain yaitu tari tradisi kasultanan Surakarta yang telah lebih dahulu hid up dan berkembang di istana Mangkunegaran yang dengan sendirinya akan turut mempe ngaruhi berkemban g nya tari Bedaya Bedah madiun gaya Yogyakarta setelah berada di Mangkunegaran. Dengan ada nya hal tersebut, maka sedikit banyak akan menimbulkan adanya suatu gaya tari yang berbeda. Perbedaan gaya tari ter sebut sete lah diamati terutama tampak pada teknik melakukan gerak tarinya, dan dalam bentuk penyajian kese luruhannya tampak pada tata rias serta tata busananya. Faktor lain yang menimbulkan terjadinya perbedaan gaya yaitu dari para penari Mangkunegaran yang dikirim ke Tejokusum an Yogy akarta untuk mempelajari tari gaya Yogyakarta (Bedaya Bedah Mad iun) pada waktu itu. Mungkin salah dalam menerima dan penangkapannya serta dalam memahami gaya tari tersebut masing -masing berbeda, sehingga tari yang telah dipe lajari dari Yogyakarta tersebut se telah sampai di istana Mangkunegaran rnengalami pengolahan kem bali sesuai dengan daya ingat serta kemampuanya masing-masing. Hal itu sangat dimungkinkan, sebab dalam mempelajari tari tersebut mereka menggunakan metode imitasi dan daya ingat yang berlainan pula. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam tari tersebut dapat pula memang dengan seng aja telah di kembangkan, hal itu mungkin berangkat dari adanya dorongan untuk turut memberikan perben dahar aan seni pada jamannya. Kemungkinan ini didekati melalui pernyataan Maurice Duverger (1981) yang mengemukakan, bahwa tidak ada generasi yang puas dengan mewarisk an pusaka (dalam hal ini seni) yang diterimany adari masa lalu, ia berusaha untuk membuat sumbangannya sendiri. Kiranya kehadiran Bedaya Bedah Madiun dari Yogyakarta merupakan kesempatan yang baik dalam memberikan sumbangan benttuk kesenian yang baru kepada istana Mangkunegaran, meskipun di istana Yogyakarta sudah menjadi tradisi yang turun-temurun. Dengan demikian Mangkunegoro VII tidak hanya dapat mewariskan kesenian yang diterimanya dari para pendahulunya, tetapi juga memasukkan tambahan lain ke dalamnya.
Item Type: | Monograph (Project Report) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta | ||||
Uncontrolled Keywords: | Tari, Bedaya, Madiun | ||||
Subjects: | Tari > Pengkajian Tari | ||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Pengkajian) | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 09 Jul 2018 02:42 | ||||
Last Modified: | 09 Jul 2018 02:42 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/3418 |
Actions (login required)
View Item |