Sinopsis pewayangan dengan Lakon Tumuruning Wahyu Cakraningrat. dipergelarkan pada Acara Wayang Adat Suran di Bangsal Kepatihan Yogyakarta 5 Oktober 2018. Pergelaran ini diselenggarakan oleh Kantor Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kasidi Hadiprayitno, NIP.195905281986011001 (2018) Sinopsis pewayangan dengan Lakon Tumuruning Wahyu Cakraningrat. dipergelarkan pada Acara Wayang Adat Suran di Bangsal Kepatihan Yogyakarta 5 Oktober 2018. Pergelaran ini diselenggarakan oleh Kantor Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. [Artefact]

[img] Text
Sinopsis Lakon Wahyu Cakraningrat.docx

Download (18kB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 1 .mp4

Download (966MB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 2.mp4

Download (1GB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 3.mp4

Download (1GB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 4.mp4

Download (1GB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 5.mp4

Download (1GB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 6.mp4

Download (1GB)
[img] Video
Wayang Kulit Tumuruning Wahyu Cakraningrat Bagian 7.mp4

Download (1GB)
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Kisah ini diawali dari negeri Dwarawati. Pokok pembicaraa dalam sidang para punggawa Dwarawati adalah hilangnya sang putra mahkota Raden Samba dari negeri Dwarawati. Sri Kresna beserta para ksatria utama akan mencarinya. Belum lagi beranjak dari singgasana istana tiba-tiba datanglah pendeta Drona dan Korawa untuk menanyakan keberadaan putra mahkota Hastina yaitu Lesmana Mandrakumara. Drana dan Korawa menduga pihak Dwarawati menyembuyikan keberadaan Lesmana Mandrakumara dengan dalih Raden Samba juga hilang. Hal ini menjadikan perselisihan pihak Dwarawati hingga terjadi pertengkaran dan peperangan. Korawa kalah sehingga pergi meninggalkan Dwarawati. Sementara itu Drona dengan kekuatan tapanya mampu mendatangkan Durga dari Pasetran Gandalumayit. Drona memohon kepada Durga agar berkenan mencari keberadaan Lesmana Mandra kumara, Durga pun menyanggupinya Drona dan Korawa diperintahkan ke arah hutan Minangsaya, maka mereka pun berangkat. Semenrara itu Sri Kresna berangkat mencari Raden Samba. Adegan kedua di Kahyangan Cakra Kembang, Bethara Kamajaya menerima kehadiran Sri Sadana dan Dewi Sri Kembang. Kedua tamunya diperintahkan Hyang Giripati turun ke Arcapada dengan misi kelak mampu menurunkan trah tumerah para raja besar di bumi Nusantara. Keduanya kemudian diberikan wejangan agar tidak keliru memilih panjalman, dan keduanya diubah namanya menjadi Cakraningrat dan Manikem. Untuk menjaga keselamatan mereka keduanyan disembunyikan di dalam sumping pusaka Kamajaya. Setelah itu datanglah Bathari Durga untuk meminta wahyu, dan terjadilah perang dan Kamajaya pun tidak kuasa menandingi Durga sehingga kedua wahyu tercerai berai terkena panah Durga. Kedua Wahyu berpisah Cakraningrat dikejar oleh Durga, sedangkan Manikem terpental jatuh di Guwa Silumangleng kelak akan muncul kembali dalam peristiwa perkawinan antara nini dengan kaki. Durga pun menemui Sarjakusuma dan memerintahkan untuk mengejar keberadaan wahyu dan dibekali pusaka berujud curiga ligan agar dipergunakan membinasakan manusia yang ditemuinya di alas Gedangeyang, maka berangkatlah Mandrakumara sesuai perintah Durga. Para panakawan tengah bersuka cita bedendang, menari dan menyanyi bersama. Setelah beberapa lama kemudian menghadap Abimanyu yang baru saja menghadap Begawan Abiyasa. Kepadanya diperintahkan agar Abimanyu mencari wahyu Cakraningrat. Perjalanan Animanyu bertemu bala Bajubarat dari Gandalumayit yang sengaja menghalangi Abimanyu. Maka terjadilah perang dan Bajubarat pun tidak kuasa melawan Abimanyu, kemudian Abimanhu melanjutkan perjalanan. Syahdan Raden Samba tengah bertapa di hutan Gedangeyang, dan ditemui oleh Sanghyang Sri Gati. Samba menyampaikan maksud tapanya untuk mencari wahyu Cakraningrat, setelah memberikan wejangan, Srigati menemui Cakraningrat agar berkenan menjelma ke dalam diri Samba. Cakraningrat menyanggupinya untuk bersatu dalam tubuh Samba. Setelah mereka selesai bercengkerama Sri Gati kembali ke kahyangan. Cakraningrat tiba-tiba menghampiri Raden Samba dan bersedia menjelma ke dalam tubuhnya dengan syarat harus berlaku jujur, adil, tidak sombong, dan rendah hati. Setelah Cakraningrat menjelma ke dalam diri Samba, tiba-tiba Sarjakusuma menusuk dadi belakang tanpa basa-basi. Berkat kekuatan wahyu Cakraningrat Samba hidup lagi dan menghajar habis-habisan Mandrakumara dengan kekuatan wahyu. Kejadian itu membuat Cakraningrat meninggalkan tubuh Samba, maka Samba pun mengejar sang wahyu. Cakraningrat melihat cahaya mancul dari tubuh Abimanyu, maka dengan cepat wahyu Cakraningrat menjelma ke tubuh Abimayu. Oleh sebab itulah Abimanhu di keroyok oleh Samba dan Lesmana Mandrakumara. Sampai akhirnya Sri Kresna menjelaskan duduk permasalahan tentang wahyu kepada mereka, dan mereka mau menerima takdir sang Wahyu yang hanya menjelma ke dalam diri Abimanyu. Tanceb Kayon.

Item Type: Artefact
Creators:
CreatorsNIM
Kasidi Hadiprayitno, NIP.195905281986011001UNSPECIFIED
Uncontrolled Keywords: wayang kulit, pedalangan, Tumuruning Wahyu Cakraningrat
Subjects: Karya Dosen
Pedalangan
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Pedalangan
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 04 Jan 2019 07:28
Last Modified: 04 Jan 2019 07:31
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/3943

Actions (login required)

View Item View Item