Peran Kraton Kasultanan Yogyakarta Dalam Pengembangan Musik Barat di Yogyakarta

Kaestri, V. Yoni (2013) Peran Kraton Kasultanan Yogyakarta Dalam Pengembangan Musik Barat di Yogyakarta. Project Report. Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, Yogyakarta.

	Text Bab 1.pdf Download (3MB)
	Text Bab 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy
	Text Bab 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (469kB) | Request a copy
	Text Bab 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy
	Text Bab 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (7MB) | Request a copy
	Text Bab 6.pdf Download (1MB)
	Text Lampiran.pdf Restricted to Repository staff only Download (945kB) | Request a copy

Abstract

Dapat diungkapkan bahwa masuknya musik Barat di kraton melalui dua arus yaitu: pertama masuk secara ak.ulturasi tidak menyat\4 yang berarti musik Barat digabungkan dengan instrumen gamelan untuk mengiringi tarian, hanya berfungsi sebagai pembuka tarian dan juga digunakan dalam musik prajurit. Kedua adalah masuk secara utuh yakni musik Barat diambil secara penuh baik dalam tangga nada maupun instrumennya. Korps musik merupakan kelompok musik yang mengambil secara penuh musik Barat. Instrumennya terdiri dari: biola contra bass, trompret, trombon, flute, klarinet, saxophone, dan lain sebagainya. Karya musik yang dimainkan adalah karya musik Barat seperti Wilhelmus lagu kebangsaan Belanda, Jazz, Fantasia, dan lagu-lagu yang bercorak Barat lainnya. Diperkirakan korps musik kraton hadir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939), digunakan untuk penyambutan gubemur Jenderal Hindia Belanda ke kraton. Melalui penyambutan tersebut kemudian korps musik mulai berkembang sampai sekitar tahun 1950-an. Adanya hambatan akibat faktor politik dan ekonomi, menyebabkan korps musik di kraton tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini menyebabkan munculnya kelompok-kelompok musik kecil hidup di luar kraton, salah satunya adalah kelompok musik di Radio Republik Indonesia Yogyakarta, yang dikenal dengan nama Orkes Radio Yogyakarta. Perkembangan musik Barat semakin marak, ketika pada tahun 1952 pemerintah Indonesia mendirikan Sekolah Musik Indonesia (SMIND) di Yogyakarta, yang diikuti dengan lahimya Akademi Musik Indonesia (AMI) pada tahun 1963. Dalam konteks ini, para musisi kraton ikut juga membantu mengajar pendidikan musik tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa korps musik sangat berpengaruh dalam merintis penyebaran pendidikan musik Barat di Yogyakarta. Saat ini, SMIND (Sekolah Musik Indonesia) berubah menjadi Sekolah Menengah Musik (SMM), dan AMI (Akademi Musik Indonesia) menjadi bagian dari ISI Yogyakarta Fakultas Seni Pertunjukan jurusan musik. Dalam perkembangan selanjutnya muncul beberapa pendidikan informal seperti kursus musik, yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap perkembangan musik: Barat di Yogyakarta. Staf pengajar pendidikan informal tersebut sebagian besar adalah mahasiswa dan staf pengajar dari lSI Yogyakarta. Kondisi musik Barat saat ini sangat membanggakan, karena banyak bermunculan kelompok-kelompok musik seperti orkestra. Para pendukung orkestra tersebut sebagian besar adalah mahasiswa lSI Yogyakarta Pertunjuk.annya tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Kraton sendiri terkadang menghadirkan kelompok orkestra seperti IWO (Indonesia Wind Orchestra) dan CKO (Cisiya Kencana Orchestra), yang pada saat itu dipertunjuk.an untuk mendukung Jumenegan Sri Sultan Hamengkubuwono ke X. Terdapat juga pertunjuk.an Solo piano (konser piano/piano concert) yang disajikan oleh musikus pianis dari Jerman yaitu Steffen Schleiermacher yang bertujuan untuk menelusuri jejak-jejak musikalis Walter Spies.

Actions (login required)

View Item