Ragam Hias makam Sunan Drajat, Ekspresi Estetis Islam Masa Peralihan di Jawa Timur Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

Nizam, Akhmad (2018) Ragam Hias makam Sunan Drajat, Ekspresi Estetis Islam Masa Peralihan di Jawa Timur Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun. Project Report. Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, Yogyakarta.

[img] Text
Bab I.pdf

Download (308kB)
[img] Text
Bab II - V.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (826kB) | Request a copy
[img] Text
Bab VI.pdf

Download (220kB)
[img] Text
Lampiran.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (620kB) | Request a copy
[img] Text
Naskah publikasi Akhmad Nizam.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (175kB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Dinding candi-candi Hindu dan Buddha di Jawa, sering ditemukan pahatan ragam hias sulur tumbuhan teratai yang tumbuh dari bonggol atau dari guci bergelung-gelung, dinamakan ragam hias sulur gelung. Ragam hias ini termasuk salah satu dari motif tertua milik Hindu yang dinamakan “Padmamūla”. Padmamūla, baik yang distilisasi atau tidak digambarkan dalam bentuk sulur-sulur teratai yang tumbuh dari akar alami atau dari bonggol. Tidak hanya di India, di Jawa dan di tempat lain, akar atau bonggol teratai yang paling umum, digambarkan dalam bentuk permata. Permata ini adalah biji dari bagian utama tanaman teratai, yaitu “akar” (Skr. padmamūla). Ragam hias sulur gelung berkaitan dengan konsep kosmogoni Hindu, yaitu proses penciptaan dan pembentangan alam semesta yang berasal dari benih keemasan. Benih ini diam di atas air dan merupakan pangkal mula alam semesta, karena benih itu berada di air, maka sulur gelung, digambarkan tumbuh dari makhluk yang berasosiasi dengan air, seperti kepiting, ikan, kura-kura, gajah dan lain-lain. Sulur-suluran itu digambarkan bercabang-cabang, bergelung-gelung dan percabangan itu disejajarkan dengan percabangan terus-menerus dalam proses kehidupan, dari kelahiran yang satu ke kelahiran yang lain. Ragam hias ini menjadi lambang kemujuran dan kebahagiaan, ditampilkan dengan indah, rumit dan mendetail di candi-candi Jawa Tengah. Tampilan ragam hias sulur gelung kemudian disarikan atau lebih sederhana setelah pindah ke candi-candi di Jawa Timur. Pada masa Islam awal, eksistensi ragam hias ini tetap bertahan dan lebih banyak dipahatkan di dinding kayu daripada di batu. Ragam hias ini diterapkan di masjid dan makam Wali. Rincian elemen bentuknya sedikit berbeda, mungkin para Wali Jawa memiliki konsep tersendiri mengenai sulur gelung teratai. Berdasarkan kitab-kitab Purana Hindu, terdapat penjelasan mengenai konsep pembentangan alam semesta yang diwujudkan dalam bentuk gulungan teratai. Berdasarkan naskah kitab-kitab lama milik para Wali, terrdapat juga penjelasan mengenai teratai dengan nama bunga “tunjung”. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah seni rupa dan estetika untuk menunjukkan ekspresi estetik Islam masa peralihan dengan merunut perkembangan bentuk artefak sulur gelung teratai Hindu yang masih dipertahankan sampai pada masa Islam awal. Pemahaman yang utuh dari hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa karya seni berkaitan erat dengan masyarakat dan budaya yang berkembang saat itu, yaitu budaya Islam masa peralihan. Urgensi penelitian ini terkait dengan praktek ornamentasi dan pemaknaan narasi simbolik di balik wujud visualnya.

Item Type: Monograph (Project Report)
Creators:
CreatorsNIM
Nizam, Akhmadnidn0028087208
Department: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Uncontrolled Keywords: sulur gelung, padmamūla, tunjung, Wali, Islam
Depositing User: sugeng SW wahyuntini
Date Deposited: 06 Apr 2020 06:14
Last Modified: 06 Apr 2020 06:14
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/5868

Actions (login required)

View Item View Item