Purna Wastra

Sudaryati, Sri (1983) Purna Wastra. Diploma thesis, Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta.

Text BAB I.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Batari Cangkranggini kena kutuk, karena melakukan perbuatan yang tidak baik. Maka berubahlah ia menjadi seekor Meliwis yang bisa tat jalma (bicara). Oleh Dewa, Meliwis Cangkranggini disuruh menjaga sebuah pusaka, yang berujud panah "Panah Brawastra" yang berada di Puncak Gunung Harjuna. Meliwis itu bisa berubah kembali menjadi Batari Cangkranggini, kalau ada yang bisa mengambil "Panah Brawastra" dan memanah meliwis itu. Ternayat yang bisa mengambil panah Brawestra itu adalah raja muda Kediri, bernama Kusuma Wicitra. Kusuma WIcitra mempunyai istri dewi Suskhandini, yang selalu bersedih hati, karena jarang sekali bertemu dengan sang suami. Kebetulan tempat tinggal dewi Suskaandhini jauh dari Kediri yaitu ditaman Toyawangi, hanya ditemani oleh inang-inangnya. Tiak disangka Kusuma Wicitra datang di Taman Toyawangi bermaksud akan memberikan sebuah cincin sebagai tanda cinta kepada istrinya. Akan tetapi sebelum cincin itu diterimanya tiba-tiba datanglah Meliwis Cangkranggini menyambar cincin itu terus dibawa terbang. Oleh Kusuma Wicitra diburunya meliwis Cangkranggini sampai ke Gunung Harjuna. Dipuncak gunung itu meliwis Cangkranggini menghilang, lalu terlihatlah oleh Kusuma Wicitra sebuah panah. Kemudian diambilnya panah itu. Tak lam kemudian datanglah meliwis Cangkranggini. Oleh Kusuma Wicitra meliwis itu dipanahnya. Akhirnya disitu muncullah cahaya yang mengepulkan asap dan kemudian berubah menjadi Batari Cangkranggini.

Actions (login required)

View Item