Fenomena Perkembangan Tari Nirbaya Karya Setyastuti

Rahmadhani, Kurnia (2021) Fenomena Perkembangan Tari Nirbaya Karya Setyastuti. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img] Text
KURNIA RAHMADHANI_2020_FULL TEKS.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (4MB) | Request a copy
[img] Text
KURNIA RAHMADHANI_2020_BAB I.pdf

Download (666kB)
[img] Text
KURNIA RAHMADHANI_2020_BAB IV.pdf

Download (365kB)
[img] Text
KURNIA RAHMADHANI_2020_NASKAH PUBLIKASI.pdf

Download (674kB)
[img] Text
KURNIA RAMADHANI_2021_PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (622kB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Tari Nirbaya karya Setyastuti, merupakan sebuah karya tari baru yang terinspirasi dari ‘edan-edanan’. ‘edan-edanan’ merupakan rangkaian upacara yang harus ada saat ritual upacara temanten agung khususnya di Kraton Yogyakarta. Proses terciptanya tari Nirbaya diawali saat Setyastuti melihat secara langsung rangkaian upacara perkawinan yaitu ‘edan-edanan’ dalam prosesi pernikahan GBPH Cokroningrat, yaitu putra Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Keberadaan ‘edan-edanan’ dalam upacara temanten agung Kraton Yogyakarta merupakan sebuah ritual adat yang berfungsi sebagai penolak bala. Figur yang unik yang bertugas sebagai cucuk lampah dan diperankan oleh abdi dalem, khusus menjadi figur orang gila yang sering disebut ‘edan-edanan’. Figur tersebut memerankan figur sebagai ‘edan-edanan’ hanya memerankan saja, tetapi tidak gila. Wujud orang gila itulah yang dipercayai dapat mengusir hal-hal gaib yang dapat menganggu acara. Menurut Setyastuti ‘edan-edanan’ merupakan figur yang unik, apabila dibuat tarian sepertinya menarik dengan tidak melupakan nuansa gerak tari klasik gaya Yogyakarta dan nuansa ritual temanten agung yang ada di Kraton Yogyakarta. Terinspirasi dari tradisi itulah, akhirnya Setyastuti menciptakan tari Nirbaya dalam rangka Festival Tari Nusantara di Jakarta mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 31 Desember 1989. Nirbaya dalam bahasa Jawa yang artinya ora ana alangan; ora ana bebaya (tidak ada halangan; tidak ada bahaya), sehingga kata Nirbaya dapat diterjemahkan sebagai sesuatu untuk menolak bahaya atau menghalau dari yang sifatnya negatif. Ditarikan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan, dengan tidak melupakan esensi gerak tari gaya Yogyakarta yang dirancang dengan nuansa komikal yang diwarnai gerak-gerak improvisasi. Dalam perspektif fenomenologi penelitian ini menampakkan sebuah fenomena kondisi faktual di masyarakat, setelah tari Nirbaya dipentaskan di Jakarta menampakkan tari Nirbaya tetap difungsikan untuk keperluan upacara pernikahan dan berkembang sampai sekarang. Dalam berbagai peristiwa tersebut menampakkan unsur gerak improvisasi, menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan kreativitas penarinya. Perubahan yang mencolok adalah pada gerak improvisasi, pelaku, pola lantai, penari, rias dan busana sehingga bentuk penyajiannya mengalami perubahan. Kata Kunci: Tari Nirbaya, penyajian, fenomena

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM/NIP/NIDN/NIDK
Rahmadhani, Kurnianim1611624011
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDK
ContributorMartiara, Rinanidn0006036609
ContributorAstuti, Budinidn0030126110
Department: KODEPRODI91231#SENI TARI
Uncontrolled Keywords: Tari Nirbaya, penyajian, fenomena
Subjects: Tari > Pengkajian Tari
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Pengkajian)
Depositing User: Kurnia Rahmadhani
Date Deposited: 18 Feb 2021 04:24
Last Modified: 18 Feb 2021 04:24
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/7489

Actions (login required)

View Item View Item