Krisnasari, Bening (2020) Ciblonan. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
BENING KRISNASARI_1611625011_2020_BAB I.pdf Download (1MB) |
|
Text
BENING KRISNASARI_1611625011_2020_BAB V.pdf Download (175kB) |
|
Text
BENING KRISNASARI_1611625011_2020_LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy |
|
Text
BENING KRISNASARI_1611625011_2020_FULL TEXT.pdf Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy |
|
Text
BENING KRISNASARI_1611625011_2020_JURNAL.pdf Download (799kB) |
Abstract
Tari Gambyong Pareanom adalah salah satu tari tunggal putri dalam tari tradisional Jawa gaya Surakarta. Istilah tari Gambyong berawal dari nama seorang penari tledhek yang bernama Mas Ajeng Gambyong yang berasal dari desa Ngadiraja, Wonogiri, Surakarta. Beliau seorang waranggana yang pandai sekali dalam hal menari dan memiliki suara merdu. Nama tarian yang dibawakan adalah Glondrong. Tari Gambyong mulai berkembang pada zaman Susuhan Paku Buwana IX (1861 – 1893). Saat itu tari Gambyong diperhalus sesuai dengan nilainilai di Istana atau Keraton, sehingga bentuk tarian ini sudah berbeda dengan yang sebelumnya. Tari Gambyong merupakan bentuk hasil perpaduan dari tari rakyat dan tari Istana atau Keraton, sehingga memiliki bentuk tari yang khas. Ciri khas tari ini terdapat pada sifat spontan dan komunikatif dari tari rakyat, terpadu dengan sifat yang lembut, halus, dan luwes dari tari Istana. Tari Gambyong memiliki daya tarik yang kuat karena memiliki gerak yang bersifat erotis seperti munculnya gairah untuk berpamer kecantikan, keluwesan, keceriaan, dan kesan seksi sebagai wanita. Dalam struktur tari Gambyong terdapat bagian yang dinamai ciblon. Bagian ciblon yaitu struktur bagian tengah dari tari Gambyong pada irama wiled yang diiringi menggunakan jenis kendang ciblon. Ciblon dalam tari Gambyong merupakan ciri khas pada tari tersebut. Rangkaian ciblon dalam tari Gambyong menimbulkan kesan gerak yang lincah. Karya tari “Ciblonan” terinspirasi dari bagian ciblon yang memiliki nilai estetis pada tari Gambyong, yaitu keharmonisan gerak dengan bunyi kendang, selain itu disampaikan juga bahwa adanya sebuah persaingan saling menunjukan bakat kepintarannya baik dalam hal menari dan keahlian memainkan kendang yaitu antara penari dengan pengendang. Karya tari ini menggunankan rangsang auditif dan rangsang kinestetik. Tema dalam karya ini merupakan ciblonan dalam tari Gambyong. Alur yang digunakan merupakan alur dramatik dengan gerak tradisi gaya Surakarta. Musik yang digunakan berupa gamelan berlaras slendro. Karya ini ditarikan oleh 8 penari perempuan dengan menggunakan busana seperti tari Gambyong namun lebih sederhana. Untuk metode penciptaan yang digunakan merupakan metode dari Alma M. Hawkins yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, improvisai, dan komposisi.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI91231#SENI TARI | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Gambyong, Ciblonan, Kendang | |||||||||
Subjects: | Tari > Penciptaan Tari | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Penciptaan) | |||||||||
Depositing User: | sugeng SW wahyuntini | |||||||||
Date Deposited: | 10 Mar 2021 06:47 | |||||||||
Last Modified: | 10 Mar 2021 06:47 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/8067 |
Actions (login required)
View Item |