Besenggayung Dan Begendang Dalam Masyarakat Dayak Jelai ( Sebuah Kasus Kontradiktif Musik Tradisi ) Satu Tinjauan Etnomusikologis

Benyamin Efraim, No. Mhs. 9310010015 (1998) Besenggayung Dan Begendang Dalam Masyarakat Dayak Jelai ( Sebuah Kasus Kontradiktif Musik Tradisi ) Satu Tinjauan Etnomusikologis. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (7MB) | Preview
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (6MB) | Request a copy
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (4MB) | Request a copy
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (9MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
BAB V.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id/

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modernisasi dalam masyarakat Dayak Jelai terhadap keberlangsungan musik tradisi Besenggayung dan Begendang. Kedua objek tersebut memiliki kasus berbeda{kontradiktif), padahal hidup dalam lingkungan dan latar belakang budaya pendukung yang sama, yakni kelompok Dayak Jelai di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Modernisasi merupakan tuntutan jaman yang tidak bisa dihindari oleh kelompok masyarakat manapun di dunia. Pengaruhnya berupa kemajuan dan kemudahan di segenap bidang kehidupan sangat terasa. Di lain pihak modernisasi juga mempengaruhi pola pikir dan pandangan kelompok masyarakat yang mengalaminya. Masyarakat modern cenderung berpikir lebih supel dengan berbagai pertimbangan yang selalu bersifat ekonomis . Pekerjaan selalu dipandang dari segi efektivitas dan efisiensi sebagai wujud keprofesionalan. Pertimbangan atas suatu aktivitas selalu dilatarbelakangi pertanyaan apa untung dan ruginya. Masyarakat tradisional adalah kebalikannya. 0rientasi pekerjaan bukan pada target yang hendak dicapai, melainkan dilatarbelakangi apa yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Landasan pemikiran yang bertumpu pada keadaan alam menimbulkan ketergantungan yang amat kuat terhadap alam, sehingga apa yang dikerjakan merupakan rutinitas yang mencerminkan ketradisionalan. Tuntutan modernisasi yang tak dapat dihindari ternyata sangat besar pengaruhnya, meskipun manusia itu hidup dalam lingkungan masyarakat tradisional sekalipun. Pola pikir dan pandangan hidup yang sebelumnya berpatokan pada masa lalu bergeser ke arah pertimbangan yang lebih bersifat ekonomis. Aktivitas dalam berkesenian juga demikian. Seni tradisi dilaksanakan bukan lagi karena tuntutan budaya, melainkan oleh pertimbangan yang matang, khususnya dilihat dari segi ekonomi dan prestise. Kelompok masyarakat Dayak Jelai sebenarnya mempunyai latar belakang budaya yang kuat. Ketika mereka dihadapkan pada arus modernisasi, terjadi pergeseran nilai-nilai dalam sistem kemasyarakatan yang sebelumnya selalu berbingkai adat budaya. Pembukaan pintu isolasi seperti pembangunan sarana transportasi, telekomunikasi dan pendidikan membawa akibat yang sebenarnya tampak, akan tetapi tidak terasa. Seni tradisi yang mereka milikipun tak luput dari pengaruh itu. Besenggayung yang diadakan dalam setiap musim buah raya secara ekonomis tidak membawa keuntungan apa-apa. Buah-buahan yang bisa ditukar dengan uang lebih mempunyai nilai tambah (ekonomie) dibandingkan dengan dikonsumsi sendiri dalam upacara Menjangkep. Begendang juga pada dasarnya demikian. Namun latar belakang adat budaya yang kuat ternyata bisa menyebabkan akibat yang berbeda pada kedua jenis musik tradisi tersebut. Banyak upacara adat budaya yang mengharuskan Begendang hadir, terutama dalam tradisi perladangan yang momentum – momentum tertentunya selalu dalam bingkai upacara adat. Hal ini berbeda dengan musik Senggayung yang hanya berfungsi pada satu upacara adat saja yakni Menjangkep. Akankah Bersenggayung dan Begendang bisa hadir bersama lagi dalam masyarakat Dayak Jelai seperti ketika masyarakatnya masih hidup dalam kondisi tradisional dan terisolasi ? Perjalanan waktulah yang akan menjawabnya. Pertimbangan – pertimbangan yang kemudian muncul bukan saja pada pertanyaan tentang bagaimana agar kedua kesenian itu bisa eksist kembali. Makna esensial, etika dan adat budaya biasanya selalu hadir di sisi lain

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM
Benyamin Efraim, No. Mhs. 9310010015UNSPECIFIED
Department: Program Studi S-1 Etnomusikologi pada Fakultas Seni Pertunjukan
Uncontrolled Keywords: Bersenggayung, Begendang, Dayak Jelai, musik tradisi, etnomusikologis
Subjects: Etnomusikologi
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi
Depositing User: Ida ID Sriwahjudewi
Date Deposited: 01 Dec 2015 04:23
Last Modified: 01 Dec 2015 04:23
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/945

Actions (login required)

View Item View Item