Rizky Kurniawan Pratomo, 0912009021 (2016) Homesick Sebagai Ide Dasar Penciptaan Karya Seni Grafis. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
|
Text
1.pdf Download (1MB) | Preview |
|
Text
2.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) | Request a copy |
||
Text
3.pdf Restricted to Repository staff only Download (4MB) | Request a copy |
||
Text
4.pdf Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy |
||
|
Text
5 pen.pdf Download (896kB) | Preview |
|
Text
6 lamp.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy |
||
|
Text
jurnal rk pratomo.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Terciptanya sebuah karya tidak bisa lepas dari sebuah ide yang melatarbelakanginya. Ide bisa datang darimana saja. Bisa muncul dari hal yang remeh-temeh bisa juga timbul dari masalah yang serius. Budiharjo Wirjodirjo yang berpendapat bahwa : “Secara umum, pada awal proses penciptaan karya seni, seniman bersentuhan dengan segala yang ditentukanya mampu tak di sentuhnya. Dalam persentuhannya dengan rangsangan tersebut terjadi suatu gambaran atau suatu bentuk pemahaman dan pemikiran. Gambaran atau suatu bentuk itu adalah apa yang biasanya disebut „ide‟ atau „konsep‟ namun cakupan ide yang selanjutnya dipakai disini juga meliputi sensasi semua jenis khayalan mental. Jadi pengertian berpikirpun akan mencakup segala aktifitas manusia yang dapat melibatkan setiap mekanisme penghayatan sehingga menghasilkan ide (pemikiran atau konsep) dalam pengertian yang lebih luas. Ide (pemikiran atau konsep) merupakan segala gambaran atau cipta rasa yang dapat terbentuk dalam diri seniman, yaitu kualitas yang abstrak yang selanjutnya diwujudkan dalam karya-karya seni yang dibuat. Ide tersebut merupakan suatu hasil karya seni pertemuan terolah secara kesatuan subyek dengan objek dunia luar atau rangsanganya”.1 Berdasarkan pendapat diatas penulis berasumsi bahwa ide penciptaan seni penulis muncul dari penghayatan atas kehidupan di masa lalu yang memunculkan rasa rindu. Homesick timbul karena endapan rasa rindu yang menumpuk di hati sanubari penulis dan membentuk sebuah kenangan. Kadang kala kenangan-kenangan itu muncul sepotong demi sepotong tanpa disadari. Ada kenangan yang bisa membuat senyum, ada pula kenangan yang membuat sendu. Semua itu membentuk sebuah pengalaman estetik bagi penulis. Dalam bukunya Jakob Sumarjo mengungkapkan bahwa : Pengalaman estetik, atau pengalaman seni lebih tertuju pada kegiatan apresiasi penanggap seni, penerima seni, atau apresiator seni. Sementara itu, pengalaman yang sama juga dapat digunakan untuk kegiatan produksi seni atau penciptaan seni. Jadi, pengalaman estetik, bila dilakukan sebagai dasar penciptaan karya seni, dinamai pengalaman artistik. Pada kenyataannya, kita semua yang pernah menciptakan karya seni lebih dahulu menjadi apresiator seni. Seorang penyair menjadi penyair setelah dia banyak membaca karya puisi dan memiliki kekayaan pengalaman sajak yang dinikmatinya dengan baik. Begitu pula seorang pelukis; sebelum melakukan kegiatan melukis, dia adalah seorang apresiator seni lukis. Dengan demikian, setiap pencipta karya seni memiliki dasar pengalaman seni. Tanpa pengalaman seni, tak mungkin terjadi pengalaman artistik.2
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta | ||||
Additional Information : | 1. Wiwik Sri Wulandari 2. Bambang Witjaksono | ||||
Uncontrolled Keywords: | Seni grafis, Homesick, rasa rindu | ||||
Subjects: | Seni Murni > Seni Grafis | ||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Grafis | ||||
Depositing User: | jody JS Santoso | ||||
Date Deposited: | 13 Apr 2017 06:18 | ||||
Last Modified: | 13 Apr 2017 06:18 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1553 |
Actions (login required)
View Item |