Afriadi, Dedy (2009) Ragam Hias Pada Arsitektur Rumah Tradisional Aceh : Kajian Estetik dan Simbolik. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (48MB) | Request a copy |
|
Text
BAB I.pdf Download (10MB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (3MB) |
Abstract
Indonesia kaya akan budaya. Di dalam hasil budaya setiap daerah itu ada ragam hias yang berbeda-beda, ragam hias akan memunculkan keindahannya jika dieksplorasi lebih dalam. Salah satu caranya adalah dengan mengaplikasikan ragam hias tersebut ke dalam bangunan arsitektur. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi dan daya dari rakyat Indonesia. Scluruhnya berakar dari kebudayaan daerah yang tersebar di pelosok nusantara. Beranekaragam kebudayaan tersebut menjadi modal dasar dan sumber inspirasi dalam berkesenian. Ragam hias yang terdapat pada bangunan arsitektur tradisional rumah Aceh adalah ragam hias yang bermotifkan flora, fauna, alam, tulisan kaligrafi Islam dan pintalan tali (taloe meuputa). Ragam hias jenis flora memiliki unsur-unsur keindahan dan cinta kasih sayang, bentuk ragam hias pada tulisan kaligrafi Arab mengandung unsur agama yang melambangkan sosial masyarakat Aceh, motif awan meucanek melambangkan kesuburan dan bentuk ragam hias pintalan tali (taloe meuputa) melambangkan ikatan persaudaraan serta kekerabatan sesuma warga. Kchadiran ragam hias ukiran yang ikut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan arsitektur tradisional rumah Aceh. Kendati motifasi dan pemberian makna terhadapnya di pedomani olen sistemi kepercayaan dan nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Arsitektur tradisional Acch merupakan rumah bangunan yang berkolong atau di sebut juga rumah panggung. Dari struktur bangunan terdapat tiga ruang yaitu, scuramoe ken (scrambi depan), ruang tengah atau biasa di sebut dengan juree dan seuramoe likor (serambi belakang). Letak ketiga ruang tersebut tidak sama rata, pada ruang tengab lebih tinggi dibanding dengan ruang serambi depan dan serambi belakang. Perbedaan tingkat melambangkan bentuk penghormatan kepada orang tua. Tingai merupakan wujud penghargaan yang tinggi masyarakat Acch kepada kaum wanita. Lantai furee pada umumnya diberi lubang memanjang yang berfungsi untuk mengalirkan air pada waktu memandikan jenazah.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI90211#KRIYA SENI | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Arsitektur, Ragum Hias, Estetik, Simbolik | |||||||||
Subjects: | Kriya > Kriya Kayu | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Kriya > Kriya Kayu | |||||||||
Depositing User: | jody JS Santoso | |||||||||
Date Deposited: | 01 Nov 2023 03:43 | |||||||||
Last Modified: | 01 Nov 2023 03:43 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/15585 |
Actions (login required)
View Item |