Event

DEWA MADE MUSTIKA Gelar Solo Exhibition NGUNDA RASA, di SANGKRING Art Project Yogyakarta, 8-15 Juni 2024

DEWA MADE MUSTIKA Gelar Solo Exhibition NGUNDA RASA, di SANGKRING Art Project Yogyakarta, 8-15 Juni 2024

DEWA MADE MUSTIKA Gelar Solo Exhibition NGUNDA RASA, di SANGKRING Art Project Yogyakarta, 8-15 Juni 2024

Impessa.id, Yogyakarta: Dewa Made Mustika menggelar pameran tunggal bertajuk “NGUNDA RASA”, di SANGKRING Art Project Jl. Nitiprayan No. 88, RT01/RW20, Sanggrahan, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 8 Juni hingga 15 Juni 2024. Pameran tersebut secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. M. Dwi Marianto, M.F.A. pada Sabtu, 8 Juni 2024, pukul 18.30 WIB.

Dr. Kris Budiman dalam tulisan pengantar pameran menuturkan bahwa Pameran “Ngunda Rasa” bermula dari dorongan rasa yang kuat di antara Dewa Made Mustika, selaku seorang ayah, dan Dewa Galah (11 tahun), putranya yang sangat berbakat seni, terutama seni pertunjukan. Dorongan ini kemudian dielaborasi dalam kolaborasi di antara keduanya.

Ketika menyaksikan Galah menari atau bermain karawitan, Dewa Mustika seperti mendapatkan energi untuk melukis. Ketika Dewa Mustika melukis, Galah merespons dan menemaninya dengan megamel (memainkan alat musik tradisional Bali). Sebagai partner kreatif, keduanya saling berinteraksi dan memberi inspirasi, sehingga muncul gagasan untuk merealisasikan ke dalam sebuah pameran yang mewakili konsep “gerak, nada, dan rupa”.

Pameran ini, di satu sisi, dilatar-belakangi ketertarikan seni yang sama di antara Dewa Mustika dan Galah. Kesamaan frekuensi menjadikan sang ayah dan putranya dapat saling merespons dan menginspirasi. Bisa dikatakan bahwa Galah adalah partner kerja ayahnya dalam berkesenian, baik melukis, menari, maupun bermain karawitan.

Di sisi lain, Galah berkeinginan kuat untuk meraih cita-cita sebagai dalang, yakni dengan melanjutkan pendidikan sekolah pedalangan di Bali. Dewa Mustika sangat menyadari bahwa Bali adalah habitat yang paling tepat bagi Galah. Walau dengan berat hati, dia harus merelakan dan mendukung Galah berangkat ke Bali.

Untuk menandai momen penting dalam fase awal berkesenian Galah, sekaligus pula untuk membekalinya secara mental, pameran Ngunda Rasa akhirnya direalisasikan. Diharapkan ini menjadi bekal moral, agar Galah dapat berkesenian dalam semangat pengabdian; agar bisa menghidupi seni, bukan semata hidup dari seni.

Konsep dasar yang terungkap dalam ngunda rasa itu sendiri adalah mengelola rasa. Ngunda rasa, khususnya pada musik tradisional (karawitan) Bali, mengajarkan untuk tidak bersikap egois, demi mencapai keharmonisan bersama. Dalam hal ini gamelan mengajarkan kita tentang toleransi dan harmoni. Sebagai lelaku kebudayaan, kesenian merangkul perbedaan, melintasi sekat-sekat dan batas-batas, untuk mencapai harmoni.

Karya-karya yang dipamerkan berupa sejumlah lukisan, sketsa, dan patung, yang dilengkapi dengan sebuah film dokumenter. Persiapan pameran ini telah dilakukan sejak tiga tahun belakangan, dan dalam setahun terakhir semakin intensif dengan lingkup tematik di seputar aktivitas Galah berkesenian ― memainkan gender, kendang, dan suling; menari, mewayang (mendalang), dan ngelawang (pertunjukan Barong berkeliling desa); serta obsesi, mimpi, dan cita-citanya untuk menjadi seorang dalang.

Pada lapis lebih dalam, satu pesan moral terungkap dalam lukisan pertarungan antara Arjuna dan Karna, yakni perihal pengabdian anak dan kasih-sayang orangtua. Sementara patung “Leader of Harmony” mengungkap pesan etos kepemimpinan. Di sini digambarkan sosok pemain kendang sebagai pemimpin yang harus memahami, siap berkorban, dan bertanggungjawab. Dia harus disiplin dan tidak egois karena dirinya yang menentukan harmoni. Terlebih lagi, berkesenian bukanlah pencapaian materi semata, melainkan terutama tentang nilai, yakni seni sebagai pengabdian.

Singkatnya, melalui karya-karya ini tersirat harapan Dewa Mustika sebagai seorang ayah agar Galah dapat menjadi sosok pribadi yang kukuh, tidak mudah goyah, dan memiliki fondasi yang kuat dalam berkesenian.

Bersamaan dengan pameran sebagai program utama, terdapat pula rangkaian program pendamping. Pada saat pembukaan pameran (Sabtu, 8 Juni 2024), disajikan pertunjukan kolaborasi Dewa Galah, Dewa Mustika dan teman-teman dari komunitas gamelan Bali yang tinggal di Jogja.

Selama pameran berlangsung (9-15 Juni 2024), diadakan pertunjukan musik gamelan oleh Galah dan workshop gamelan yang bisa diikuti oleh audiens, serta workshop tarian Bali oleh Jero Kadek Rai dan Dedek Tanaya. Selain itu, tersedia pula booth (artshop) yang menyediakan beraneka merchandise. (I Gede Arya Sucitra/Antok Wesman-Impessa.id)