Eksistensi Perempuan Dalam Opera Batak: Studi Kasus Zulkaidah Harahap

Jayanti Mandasari Sagala, 12/339891/PMU/07506 (2014) Eksistensi Perempuan Dalam Opera Batak: Studi Kasus Zulkaidah Harahap. Masters thesis, Penciptaan Dan Pengkajian ISI Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
Halaman Awal.pdf

Download (480kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB V Jayanti.pdf

Download (446kB) | Preview

Abstract

Kesenian yang identik dengan dominasi maskulinitas atau seni maskulin yang terjadi pada Opera Batak secara musikal, tidak terlepas dari konsep yang dikonstruksi oleh ideologi patriarki dalam masyarakat komunalnya. Kenyataan ini ditantang oleh eksistensi seorang perempuan. Jika pada sebelumnya Opera Batak lebih bersifat seni maskulin secara musikal, dengan hadirnya Zulkaidah Harahap, Opera Batak kini memiliki jalan yang berbeda. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana eksistensi Zulkaidah Harahap dan arti pentingnya sebagai perempuan pada seni pertunjukan Opera Batak dalam masyarakat Batak Toba. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan di Tiga dolok dan Pematang Siantar, Sumatera Utara, tempat dimana Opera Batak dan Zulkaidah Harahap berasal. Pendekatan perspektif feminisme digunakan untuk melihat persoalan yang terjadi pada perempuan dalam seni pertunjukan Opera Batak melalui studi kasus dan studi tokoh dari seorang seniman tradisi perempuan Zulkaidah Harahap dengan melakukan Metode penelitian rekonstruksi historis dan wawancara. Eksistensi perempuan dalam permasalahan ini dipandang sebagai suatu „kreativitas‟ dilihat dari perspektif seni tradisi yang dikemukakan oleh teori George Herzog dalam tulisannya “kreativitas seniman musik tradisi”. Eksistensi perempuan juga dilihat dari perspektif feminis eksistensialis yang dikemukakan oleh Simone de Beauvoir melalui teori “Proses Transendensi perempuan”. Eksistensialisme yang dihadirkan Zulkaidah Harahap memberi arti penting dalam panggung Opera Batak, yang didefinisikan sebagai suatu „Kreativitas‟ dalam Seni Pertunjukan Batak Toba. Kreativitas yang dilakukan Zulkaidah Harahap pada seni pertunjukan Opera Batak, dapat dilihat dalam dua hal. Pertama, sebagai Pemimpin perempuan pertama dan satu-satunya yang pernah memimpin sebuah grup Opera Batak. Kedua, sebagai Parmusik perempuan pertama yang berani dan mampu memainkan instrumen musik, hingga menjadi parmusik yang sejajar dengan laki-laki. Penyimpangan yang dilakukannya berhasil membuktikan bahwa perempuan, seperti juga laki-laki adalah Ada untuk dirinya sendiri, Diri yang memiliki hak untuk dipandang sebagai subyek kultural. Melaluinya, kini perempuan Batak tidak tabuh menjadi parmusik, dan dapat dipandang sebagai subyek dalam seni itu sendiri.

Item Type: Thesis (Masters)
Creators:
CreatorsNIM
Jayanti Mandasari Sagala, 12/339891/PMU/07506UNSPECIFIED
Department: Pasca Sarjana UGM Yogyakarta
Subjects: Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi)
Divisions: Pascasarjana > S2 Studi Penciptaan dan pengkajian seni
Depositing User: IH Nurcahyadi Nurcahyadi
Date Deposited: 19 Dec 2014 03:39
Last Modified: 19 Dec 2014 03:39
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/378

Actions (login required)

View Item View Item