Demi Perut

Rusli, Edial (2018) Demi Perut. [Show/Exhibition]

[img] Text
Deskripsi Karya Edial Rusli - Demi Perut.docx

Download (1MB)

Abstract

Karya foto yang berjudul Demi perut ini menggambarkan ruang kuliner angkringan tradisional di antara bangunan bertingkat modern, hotel bintang lima, restoran cepat saji modern yang mendunia dan iklan-iklan kuliner yang mendunia. Karya ini mengimajinasikan ruang publik Malioboro diimajinasikan dan di gambarkan menjadi sebuah ruang rumah makan besar yang menyediakan berbagai macam jenis ruang makan. Setting ruang tersebut bukan sebagai harfiah ruang makan yang realistis, melainkan setting ruang makan dalam artian simbolik. Malioboro ini telah menyediakan diri sebagai kawasan terbuka yang dipergunakan untuk tempat menyambut kedatangan tamu, area berkumpul dari berbagai lapisan masyarakat, tempat berkumpul berbagai identitas (suku, etnis, dan agama), area berbagai bentuk hubungan sosial, dan area atau panggung bagi seniman berproses kreatif mengekspresikan ide dan imajinasinya dalam berbagai performa seni. Asal usul nama Malioboro yang dikemukaan Carey adalah sebagai berikut: Menurut tradisi India (cf., Râmâyana, edisi Mumbay, 2, 17, 2), jalan-jalan kerajaan ini, terutama pada hari perayaan, dihiasi antara lain dengan “mâlya’ atau untaian (bunga). Dalam bahasa Sansekerta “dihiasi dengan untaian bunga” adalah “mâlyabhara” atau “mâlyabhâra” (istilah “mâlyabara”) dibuktikan dalam PW (Petersburger Worterbbuch) dan inilah asal usul nama Malioboro (Maliabara)” (Tichelaar 1976:187-188; Carey, 2015:14). Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata Malioboro (Malyabhara) memiliki arti sebagai seruas jalan utama raja yang berhiaskan untaian atau karangan bunga sebagai tempat yang indah. Ruas jalan Malioboro berfungsi untuk menyambut kedatangan “tamu agung” dengan menggunakan hiasan karangan bunga yang mencerminkan keindahan. Karya ini memvisualisasikan keadaan Malioboro sekarang ini dimana keindahan Malioboro dengan warung tradisional dengan harga yang sangat terjangkau, namun konsumen warung ini sangat bervariasi, mulai dari tukang becak, mahasiswa, pencipta, hingga pejabat eksekutif. Latar belakang tampak proses pembangunan bangunan modern untuk perhotelan bintang lima dan kuliner dengan sign system restoran cepat saji modern terkenal dan mendunia. Karya ini menyampaikankan pesan bahwa Malioboro merupakan tempat favorit kunjungan kuliner yang tengah menggeliat menjadi kawasan modernisasi tidak pernah sepenuhnya kehilangan kebersahajaannya. Bertumbuhnya pusat-pusat hiburan dan kuliner baru yang ditandai munculnya restoran-restoran cepat saji dengan angkringan internasional dan café-café yang dikemas secara modern tidak lantas membuat orang meninggalkan romantisme nuansa tradisional khas kota yang mengusung kesederhanaan dan kearifan lokal. Karya-karya ini menjelaskan dan menggambarkan kaum pekerja angkringan tradisional dan jamu tradisional produk buatan tangannya yang masih bertahan dan harus menyesuaikan diri dengan arus global modern. Karya ini menggambarkan kaum pekerja kuliner tradisional yang masih bertahan dan harus menyesuaikan diri dengan arus global kuliner modern. Penjual angkringan ini tetap bertahan hidup di tengah perubahan ruang dan waktu. Hal tersebut digambarkan sebagai tokoh manusia yang membawa beban kehidupan untuk menunjukkan sifat mereka yang nyaman, namun tetap saja menjadi korban. Daya magnet Malioboro sangat kuat, apalagi dengan wajah Malioboro yang sekarang. Penataan tempat dan perbaikan fasilitas yang terjadi di sekitar Kawasan Malioboro mampu memperindah dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Disisi lain, para penguasa restoran cepat saji dan café modern yang mengatasnamakan modernisasi ala Barat lambat laun akan menggusur restoran dan café yang mengusung kesederhanaan dan kearifan lokal. Penciptaan karya imajinasi visual fotografi ini mengambil idiom-idiom estetika yang lebih menekankan pada idiom parody. Bakhtin dalam piliang (2003:214) juga menyatakan parodi sebagai suatu bentuk dialogisme tekstual (textual dialogism): dua teks atau lebih bertemu dan berinteraksi dalam bentuk dialog, yang dapat berupa keritik serius, polemik, sindiran atau hanya sekedar permainan dan lelucon dari bentuk-bentuk yang ada. Parodi tersebut merupakan bentuk representasi palsu.

Item Type: Show/Exhibition
Creators:
CreatorsNIM
Rusli, Edialnidn0003026703
Uncontrolled Keywords: fotografi
Subjects: Fotografi
Divisions: Fakultas Seni Media Rekam > Jurusan Fotografi
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 14 Dec 2020 06:49
Last Modified: 14 Dec 2020 06:49
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/7177

Actions (login required)

View Item View Item