Avis Wahyudi, NIM. 08/276419/SMU/00558 (2011) Bima dan Drona dalam Lakon Dewa Ruci (Ditinjau dari Analisis Strukturalisme Lévi-Strauss). Masters thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
|
Text
bab 1 BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 ).pdf Download (66MB) | Preview |
|
Text
bab 2 BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 )-2.pdf Restricted to Repository staff only Download (131MB) | Request a copy |
||
Text
bab 3 BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 )-3.pdf Restricted to Repository staff only Download (192MB) | Request a copy |
||
Text
bab 4 BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 )-4.pdf Restricted to Repository staff only Download (96MB) | Request a copy |
||
|
Text
bab 5 BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 )-5.pdf Download (15MB) | Preview |
|
Text
lampiran BIMA DAN DRONA DALAM LAKON ( KT013787 l 014.2016 )-6.pdf Restricted to Repository staff only Download (93MB) | Request a copy |
Abstract
Lakon Dewa Ruci yang menceritakan perjalanan Bima mendapatkan ngélrnu kasampurnan merupakan lakon yang unik karena di dalamnya terdapat fenomena yang kontradiksi. Hal tersebut tampak pada kapasitas Bima dan Drona kaitannya dengan ngélmu kasampuman. Ngélmu kasampuman merupakan ajaran tasawuf tingkat tinggi yang hanya dapat dicapai oleh orang yang memiliki kualitas spiritual tinggi, yang gemar tarak brata dan tapa brata. Kualitas spiritual Bima masih di bawah Yudistira. Dalam hal tarak brata dan tapa brata Bima kalah dengan Arjuna. Logikanya, yang lebih pantas menerima ngélmu. kasampur-nan adalah Yudistira atau Arjuna. Demikian halnya dengan Drona. Drona adalah guru perang yang memiliki sifat jahat. Kualitas spiritualnya berada di bawah Wiyasa maupun Bisma, kakek Bima. Dengan demikian secara hubungan pun kedua brahrnana tersebut lebih dekat dibanding Drona. Dengan demikian logikanya yang lebih pantas menjadi guru Bima adalah Wiyasa atau Bisma. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Bima sebagai penerima ngélmu kasampurnan? Mengapa Bima memilih Drona sebagai gurunya? Berdasarkan keberadaan Bima dan Drona tersebut, pertanyaannya adalah apa makna lakon Dewa Ruci? Oleh karena Lakon Dewa Ruci merupakan teks pertunjukan, berdasarkan dua pertanyaan di atas, maka pertanyaan selanjutnya adalah apa makna pertunjukan Lakon Dewa Ruci? Data pokok yang berupa kaset rekaman Lakon Dewa Ruci Sajian Ki Narto Sabdo dipandang dari dua sisi, yaitu teks lakon dan pertunjukannya. Setiap tokoh dipahami sebagai unsure pembangun makna Lakon Dewa Ruci. Pertanyaannya adalah “apa makna teks Lakon Dewa Ruci? Sebagai seni pertunjukan, pertunjukan wayang memberikan makna di level yang lain. Pertanyaannya adalah “apa makna pertunjukan Lakon Dewa Ruci? Analisis strukturalisme Lévi-Strauss, dramaturgi wayang, mitologi wayang, dan hermeneutika digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan di atas. Kesimpulan yang diperoleh adalah: (1) Bima-Drona adalah identifikasi Vdyu-Vdta sebagai prdna; (2) Teks Lakon Dewa Ruci sebagai prdnayana; (3) Pertunjukan Lakon Dewa Ruci sebagai ritual pemujaan Syiwa.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Pepustakaan ISI Yogyakarta | ||||
Uncontrolled Keywords: | Bima, Drona, Lakon Dewa Ruci, Analisis Strukturalisme, Lévi-Strauss, pertunjukan, wayang, Vdyu-Vdta, prdna, prdnayana, Syiwapuja. | ||||
Subjects: | Penciptaan dan pengkajian seni | ||||
Divisions: | Pascasarjana > S2 Program Studi Tata kelola seni | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 03 Oct 2016 03:14 | ||||
Last Modified: | 03 Oct 2016 03:14 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1131 |
Actions (login required)
View Item |