I Wayan Dana, 3168/IV-4/187/90 (1993) Dramatari Topeng Sidhakarya Sebuah Kajian Sosio Historis. Masters thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
|
Text
bab 1 7 DHRAMATARI TOPENG SIDHAKARYA ( KT003389 l 001.2016 ).pdf Download (15MB) | Preview |
|
Text
bab 2 7 DHRAMATARI TOPENG SIDHAKARYA ( KT003389 l 001.2016 )-2.pdf Restricted to Repository staff only Download (33MB) | Request a copy |
||
Text
bab 3 7 DHRAMATARI TOPENG SIDHAKARYA ( KT003389 l 001.2016 )-3.pdf Restricted to Repository staff only Download (18MB) | Request a copy |
||
Text
bab 4 7 DHRAMATARI TOPENG SIDHAKARYA ( KT003389 l 001.2016 )-4.pdf Restricted to Repository staff only Download (15MB) | Request a copy |
||
|
Text
bab 5 7 DHRAMATARI TOPENG SIDHAKARYA ( KT003389 l 001.2016 )-5.pdf Download (5MB) | Preview |
Abstract
Kajian sosio-historis ini dimaksudkan untuk nenelusuri dan mengungkapkan kenbali perkembangan Dranatari Topeng Sidhakarya di Bali. Data anal nenginformasikan bahwa topeng Sidhakarya hadir sebagai tari gali yaitu tari yang penyajiannya tak terpisahkan dengan pelaksanaan upacara keaganaan. Kenyataannya yang terjadi hingga sekarang topeng Sidhakarya selain sebagai tari wali (Sakral), ia juga dipergelarkan sebagai tari bebali (seremonial), dan untuk balih-balihan (tontonan sekuler). Pengklasifikasian sederhana ini sudah barang tentu tidak lepas dari jaringan-jaringan sistem yang terkait. Untuk menjawab masalah itu dipinjan teori-teori dan konsep ilmu-ilmu sosial yang cocok dengan substansi penelitian historis. Topeng Sidhakarya sebagai tari religi, penyajiannya ditentukan oleh waktu dan tempat pelaksanaan upacara, pemain atau dalana topeng, cerita, sesaji,' alat yang dibawa pada saat menari. Tokoh topeng yang harus hadir sebagai inti pertunjukan adalah topeng Sidhakarya. Kesamua unsur itu hadir menyatu dalan satu kesatuan dengan upacara yang dilangsungkan. Kehadiran tokoh Sidhakarya aebagai inti pertnnjukan dipertegas pula oleh Gerak-geriknya pada saat menaburkan beras kuning, tepung tawar, uang kepeng, dan dilengkapi dengan dupa dan canangsari. Sebagai tari bebali ia dipergelarkan hanya sebagai pengiring atau pelengkap dalam rangkaian upacara yang diselenggarakan, dan kemudian berkembang menjadi tari bali-balihan. Hal ini terbukti dalan satu kurun waktu (1915 — sekarang), Dramatari Topeng Sidhakarya mempunyai fungsi ganda. Di satu sisi tetap meneruskan tradisinya yaitu dipergelarkan sebagai tari wali, Yang penyajiannya tidak terlepas dari bagian upacara. Di sisi lain topeng ini berubah menjadia tari bali-balihan (tontonan) yang khusus dipertunjukkan secara utuh nilai artistik dan estetik untuk ditonton. Kehadirannya sebagai tontonan tidak terikat oleh adanya pelaksanaan upacara. Di samping itu, penyajiannya lebih nanpak nenonjolkan segi hiburannya daripada makna yang dikandungnya. Kelonggaran—kelonggaran nilai dalam pelaksanaan upacara dan adat memberikan kebebasan kepada para seniman topeng untuk lebih leluasa berkreasi. Kebebasan itu mengembangkan penyajian topeng Sidhakarya nenjadi bentuk pertunjukan yang variatif, yaitu nenjadi topeng Panca (1915), dan kemudian di tahun 1940 nelahirkan topeng Prembon. Perkembangan dramatari Topeng Sidhakarya baik sebagai tari wali maupun bali-balihan hingga dewasa ini berjalan berdanpingan dan saling menopang satu dengan yang lainnya.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Pepustakaan ISI Yogyakarta | ||||
Uncontrolled Keywords: | seni pertujukan, tari, Bali, topeng, religi, sejarah | ||||
Subjects: | Tari > Pengkajian Tari Penciptaan dan pengkajian seni |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Pengkajian) | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 05 Oct 2016 01:55 | ||||
Last Modified: | 05 Oct 2016 01:55 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1135 |
Actions (login required)
View Item |