Perkembangan Seni Lukis Mooi Indie Sampai Persagi Di Batavia, 1900-1942

Drs. M. Agus Burhan, - (1977) Perkembangan Seni Lukis Mooi Indie Sampai Persagi Di Batavia, 1900-1942. Other. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
bab 1 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 ).pdf

Download (23MB) | Preview
[img] Text
bab 2 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 )-2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (24MB) | Request a copy
[img] Text
bab 3 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 )-3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (24MB) | Request a copy
[img] Text
bab 4 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 )-4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (29MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
bab 5 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 )-5.pdf

Download (7MB) | Preview
[img] Text
lampiran 16 LAPORAN PENELITIAN PERKEMBANGAN SENI LUKIS ( KT003425 l 013.2016 )-6.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (26MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Pokok perhatian studi ini diarahkan pada perkembangan Seni Lukis Mggi India sampai Persagi di Batavia, pada kurun waktu dari tahun 1900 sampai dengan tahun 1942. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi sehingga seni lukis itu dapat tumbuh dan berkembang ? Bagaimana faktor—faktor itu berpengaruh, dan mengapa timbul reaksi Persagi pada seni lukis M991 India? Untuk mengungkapkan fenomena sejarah seni lukis itu maka penelitian ini menggunakan metode sejarah. Di samping itu untuk mendapatkan eksplansi yang komprehensif, mqka perlu dikaitkan dengan aspek-aspek sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk proses perkembangan seni lukis itu. Dengan demikian untuk membantu mengungkapkan sejarah seni lukis perlu Juga menggunakan kerangka konseptual ilmu—i1mu sosial. Proses perkembangan seni lukis dalam penelitian ini akan dilihat melalui konsep perubahan sosial, khususnya lewat pendekatan struktural fungsional. Dengan demikian penelitian ini akan bersifat diakronis dan sinkronis. Pengaruh politik ekonomi Liberal yang diterapkan sesudah tahun 1870, mendorong kemakmuran orang—orang Belanda di Batavia dan Pulau Jawa pada umumnya. Di samping itu, pada tahun 1901 pemerintah melaksanakan kebijaksanaan politik etis yang membawa dampak kemajuan pendidikan bagi kaum pribumi. Kemakmuran masyarakat Belanda dan masyarakat pribumi yang bersentuhan dengan pendidikan, mendorong penyesuaian—penyesuaian kebudayaan dalam sistem sosial. Dampak selanjutnya adalah pertumbuhan deferensiasi fungal dalam masyarakat. Fenomena itu salah satunya terwudud pada tumbuhnya pelukis—pelukis yang merupakan fungal atau profesi baru dalam masyarakat Batavia pada awal abad ke—20. Estetika yang berkembang dalam seni lukis mereka adalah pandangan yang eksotis dalam menangkap fenomena alam dan masyarakat Hindia Belanda. Hal itu merupakan hasil interaksi dialogis antara para pelukis dan masyarakat yang berperan sebagai patronase. Di satu pihak para pelukis tetap mengambil jarak dengan objeknya, sehingga terdadi disorientasi dalam pengamatan. D1 lain pihak masyarakat menghendaki suasana yang eksotis dalam lukisan, sebagaimana pandangan mereka terhadap alam dan masyarakat Hindia Belanda yang masih rendah kebudayaannya. Dari kondisi itulah duga dikembangkan seni lukis Mggi India.-Estetika itu Juga dikembangkan oleh pelukis—pelukis priyayi pribumi yang hidup dalam bingkai kultural feodal dengan -cita rasa kehalusan dan keserasian. Lukisan Mggi India dipenuhi oleh obJek—objek pemandangan alan dan wanita-wanita pribumi yang eksotis, dengan gaya realisme dan impresionisme. Bersama perubahan subsistem yang lain dan kecenderungan kemerosotan ekonomi pada tahun 1930-an, serta meningkatnya pergerakan nasional, lahirlah Persagi sebagai organisasi pelukis pribumi. Persagi menolak eksotisme dan mengharapkan seni lukis mempunyai peran lebih besar, bersama gerakan sosial lainnya. Seni lukis seharusnya juga memperduangkan kesadaran nasional di bidang kebudayaan. Untuk itu mereka mencari format estetik yang lebih jujur dan tidak artifisial dalam mengungkapkan realitas kehidupan. Mereka mempunyai kredo anti teknik akademi yang dridentikkan sebagai alat eksotisme seni kolonial feodal. Dengan menekankan pada kekuatan emosi, mereka melukis kehidupan dengan objek—objek pelacur, seni pertunjukan rakyat atau relief candi dan objek-obaek primitif. Dengan visi yang demikian mereka Juga berusaha menampilkan seni lukis Indonesia Baru. Perubahan lukisan mereka duga ditandai dengan kecenderungan menuju gaya ekspresionisme. Walaupun Persagi reaktif pada Mooi Indie, dan kelompok Belanda semula bersikap diskriminatif, namun Persagi akhirnya berhaail menembus pameran di Bataviasche Kunstkring. Hal itu merupakan tonggak pengakuan kelompok Belanda pada pelukis pribumi. Sementara itu dalam proses pembaharuan Persagi, ada dua penafeiran dalam mengungkapkan realitas kehidupan. Pengungkapan yang pertama lewat kehidupan rakyat, dan yang kedua lewat simbol—simbo1 masa lampau atau kesenian rakyat. Paradigma orientasi Barat dan Timur, kontekstual dan simbolis, akhirnya merupakan warisan Persagi yang selalu menjadi perdebatan pemikiran pada perkembangan seni lukis Indonesia selanjutnya.

Item Type: Monograph (Other)
Creators:
CreatorsNIM
Drs. M. Agus Burhan, -UNSPECIFIED
Department: Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta
Uncontrolled Keywords: seni, lukis, persagi, indie
Subjects: Seni Murni > Seni Lukis
Divisions: Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Lukis
Depositing User: agus tiawan AT
Date Deposited: 11 Oct 2016 03:26
Last Modified: 11 Oct 2016 03:26
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1148

Actions (login required)

View Item View Item