Santoso, Eko (2010) Sentanu Banjut. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
BAB I.pdf Download (9MB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (2MB) |
|
Text
Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (52MB) | Request a copy |
Abstract
Lakon Sentanu Banjut adalah sebuah cerita yang sarat akan pesan-pesan, ajaran moral dalam kehidupan manusia. Ungkapan tentang ngemut gula krasa legi eman lamun binuwang wekasane tuwuh melik nggendhong lali temah ngunduh wohing pakarti, memberikan pengajaran dan petunjuk kepada manusia. Di dalam kehidupan sehari-hari ungkapan tersebut masih nyata benar adanya. Keinginan manusia yang menggebu melebihi apa yang menjadi haknya sering menimbulkan sesuatu yang tanpa diduga. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di bumi Indonesia sekarang ini seolah-olah menjadi faktor pembuktian tentang ungkapan tersebut di atas. Seorang manusia yang di dalam sajian pakeliran wayang kulit purwa ini diwakili oleh Sentanu. Sentanu merupakan gambaran yang jelas akan kehidupan manusia yang dipenuhi oleh napsu berlebihan untuk memperkaya diri. Sebagai seorang pejabat negara (raja) semestinya ia melaksanakan hastabrata dalam memegang pemerintahannya. Sikap arogan, emosi, serta egoisme yang berlebihan dibarengi dengan niat tidak baik mengakibatkan kerugian di segala bidang. Mementingkan diri sendiri, lalai akan tugas dan kewajibannya serta ingkar dengan sumpah yang diucapkan, pada akhirnya akan memetik buah dari hasil tanamannya. Sentanu dengan latar belakang seorang brahmana semestinya mampu mengajarkan berbagai ajaran kebaikan dengan tujuan mencapai kesempurnaan. Menahan diri dari ambisi duniawi menjadi tujuan utama pengabdiannya. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. la tidak mampu menahan diri, nafsu duniawi, emosi, ingin menguasai sesuatu secara berlebihan yang pada akhirnya menjerumuskan dirinya sendiri. Sebagai seorang raja besar ia wajib mengayomi rakyatnya agar merasa aman dan mendapat perlindungan hukum serta mensejahterakan rakyatnya. Akan tetapi brahmana (rohaniwan) ataupun raja (pejabat negara) tetaplah manusia yang masih mempunyai keinginan dan napsu, sehingga tidak mustahil apabila masih dihinggapi keinginan-keinginan yang berlebihan. Gambaran dalam pakeliran wayang kulit purwa ini sesuai dengan kondisi kehidupan sosial masyarakat sekarang. Banyak orang berebut kekuasaan, ingin mempertahankan status, sehingga menghalalkan berbagai cara menjadi jembatan dalam menggapai mimpi. Akhirnya perancangan dalam bentuk pertunjukan wayang kulit ini diharapkan menjadi sebuah alternatif untuk menjadikan pakeliran wayang kulit lebih menarik dan berbobot. Perancang menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Berbagai kesalahan dalam penulisan deskripsi maupun penggarapan sajian pakelirannya masih jauh dari sempurna, olch sebab itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diperlukan sebagai bekal untuk menyempurnakan tulisan ini.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI91241#SENI PEDALANGAN | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | ajaran moral, wayang kulit purwa, nafsu | |||||||||
Subjects: | Pedalangan | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Pedalangan | |||||||||
Depositing User: | sri SE endarti | |||||||||
Date Deposited: | 27 Oct 2023 07:26 | |||||||||
Last Modified: | 27 Oct 2023 07:26 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/15355 |
Actions (login required)
View Item |