Yudiaryani, - (2016) Aktualisasi Pendidikan Seni Berperspektif Kebangsaan Dan Relevansinya Bagi Peningkatan Kualitas Pendidikan Nasional. In: Kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan III Tahun 2016 bertemakan “Restorasi Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan untuk Peradaban Baru bangsa Indonesia”, Kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-DIY, 3- April-2 Mei 2016., Yogyakarta.
|
Text
Pendidikan Seni Yudiaryani ISI Yogyakarta.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Ketertinggalan pendidikan di Indonesia sebenarnya tidak terkait dengan ilmu pengetahuan semata yang diberikan di lembaga pendidikan, tetapi terkait pula dengan ketertinggalan akses informasi seputar perkembangan IPTEK. Ketertinggalan akses ini secara fundamental disebabkan oleh dua hal, pertama penguasaan operasional perangkat teknologi informasi oleh pendidik, kedua karena belum semua lembaga pendidikan mampu memenuhi ketersediaan perangkat teknologi informasi yang mampu memberikan akses informasi global yang memadai. Hal ini pun disebabkan oleh faktor fundamental lainnya, yaitu kualitas SDM dan ketersediaan finansial. Faktor pertama terkait dengan kesenjangan kemajuan teknologi dengan dunia pendidikan yang kemudian melahirkan persoalan yang kedua yaitu ketertinggalan prestasi pendidikan. Kondisi demikian dapat kita saksikan di pulau-pulau terluar, terdepan, dan tertinggal yang berhadapan langsung dengan negara lain. Banyak anak yang tidak sekolah karena kekurangan guru, sehingga sering prajurit TNI yang bertugas di pos-pos pengamanan membantu proses belajar mengajar anak-anak di wilayah tugasnya, Ketertinggalan pendidikan terjadi juga pada elemen mendasar, yaitu cara hidup siswa didik. Jika dicermati, tampak bahwa masa kini masyarakat lebih mudah menginvestasikan kemampuan finansial dan cenderung menghabiskan waktu senggang pada pemenuhan ‘nafsu jalan-jalan’ dan tuntutan trend gaya hidup, daripada pengembangan kemandirian dan ilmu pengetahuan. Begitupun kemampuan siswa memecahkan masalah mengait juga pada kemampuan riset, karena riset di dalamnya mencakup kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan riset yang dimiliki oleh siswa akan sangat berpengaruh pada upaya melahirkan penemuan-penemuan baru yang datang dari dunia pendidikan. Maka proses pendidikan di negeri kita belum menekankan kemandirian dan perkembangan multidimensi individu. Perkembangan integral peserta didik seharusnya menjadi orientasi utama dalam pembenahan pendidikan. Selain negara juga harus berperan aktif mensinergikannya dengan kebijakan dan praktik pendidikan. Globalisasi juga memberi dampak nyata bagi ketertinggalan pendidikan di Indonesia. Budaya bermasyarakat diwarnai oleh perubahan yang cepat dan sulit diprediksi. Perubahan-perubahan IPTEKS menyerbu dan membelokkan arah orientasi kepribadian bangsa. Di sinilah tantangan bagi kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia yang dianggap sebagai tradisional bertemu dengan kebudayaan dari manca negara, yaitu kebudayaan Barat. Kebudayaan asli Barat adalah kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa, seperti Perancis, Belanda, Finlandia, yang berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam sejarah sebuah bangsa. Produk budaya Barat ini merupakan revolusi berpikir yang membentang dari paham humanisme, rasionalisme, individualisme, hingga minat teknologis. Meskipun dengan cara dan sistemnya masing-masing, kebudayaan khas negara-negara tersebut merupakan kebudayaan khas modern dengan teknologis modern sebagai produknya. Produknya adalah hasil-hasil teknologi dan sains dalam kehidupan masyarakat keseharian: media komunikasi, sarana mobilitas transportasi canggih, peralatan listrik canggih, dan persenjataan modern . Bebas nilai dan netral merupakan budaya yang dianut dengan tanpa memiliki implikasi ideologis atau keagamaan. Kebudayaan teknologis modern ini sangat ampuh mewujudkan sistem nilai dan norma baru. Menghadapi kebudayaan teknologis modern mengakibatkan kebudayaan Indonesia menjadi modern. Pada dasarnya, kebudayaan Indonesia tradisional dapat berubah menjadi kebudayaan teknologis modern, asalkan adanya pemahaman yang sama bahwa kebudayaan teknologis modern diperlukan untuk memecahkan persoalan bangsa, yaitu penciptaan kondisi bagi kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Pada perjalanan waktu, kebudayaan Barat memiliki keturunan lain, yaitu kebudayaan modern tiruan, yang dikenal dengan kebudayaan semu atau pengetahuan semu, pseudosains. Kebudayaan tiruan tersebut “seolah” mencerminkan kegemerlapan teknologi modern, tetapi sebenarnya hanya memiliki simbol lahiriahnya saja, seperti kebudayaan supermarket, kebudayaan Coca Cola, pendidikan ranking dunia, duty free shop, dan lain-lain yang mencerminkan budaya artifisial. Anak kebudayaan artifisial adalah budaya konsumtif yang tidak menyumbangkan apapun pada identitas bangsa. Kita kehilangan kendali bagi diri kita dan kita tidak mampu menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Demikianlah persoalan muncul ketika kebudayaan Indonesia tradisional bertemu dengan kebudayaan teknologis semu. Kebudayaan semacam ini lah yang mengancam bangsa Indonesia karena kebudayaan ini tidak sejati, tidak substansial. Magnis Suseno meneybut kebudayaan ini menjadikan manusia Indonesia tanpa kepribadian, terasing, kosong, dan manusia latah. Kebudayaan modern tiruan inilah yang menyebabkan kita lepas dari kebudayaan tradisional kita sendiri, dan sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan. Kita menjadi masyarakat yang seolah-olah modern tetapi bukan orang modern. Dengan demikian, kita dihadapkan dengan permasalahan: Apakah pendidikan nasional kita mampu mempertahankan identitasnya menghadapi budaya teknologis modern tiruan?
Item Type: | Conference or Workshop Item (Speech) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Uncontrolled Keywords: | Pendidikan Seni, Kualitas Pendidikan Nasional | ||||
Subjects: | Teater > Penciptaan (penyutradaraan, penataan artistik, penulisan naskah,pemeranan) Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi) |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Teater | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 31 May 2017 03:55 | ||||
Last Modified: | 31 May 2017 03:55 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1712 |
Actions (login required)
View Item |