Yudiaryani, - (2000) Ideologi Teater Barat (Memahami Realisme Dan Futurisme Dalam Teater Terkait Semangat Jaman). In: Makalah ini ditulis untuk penerbitan buku Ideologi Teater Indonesia yang diselenggarakan oleh panitia Teater FKY 12/2000, FKY 12/2000, Yogyakarta.
|
Text
Ideologi Teater Barat.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Pada dasarnya sejarah panjang kesenian dapat diamati sebagai tempat persembunyian yang menyenangkan bagi ideologi. Artinya, melalui bentuk-bentuk ciptaan seni dan pemikiran yang ada di dalamnya tercermin kekerasan dan pemaksaan kekuasaan yang dialami oleh masyarakat luas. Unsur-unsur masyarakat, seperti kapitalis, agamawan, praktisi hukum, politisi, dan militer beramai-ramai memasukkan gagasan-gagasan mereka ke dalam sisi-sisi kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat pun disadari atau tidak terpengaruh dan akhirnya tercengkeram erat ke dalam ideologi mereka.Apa yang dapat disimpulkan dari pembahasan di atas adalah bahwa sejak akhir abad XIX hingga awal paruh kedua abad XX seniman selalu mempertanyakan bahwa memberontak terhadap dominasi terhadap manusia. Kehidupan manusia seutuhnya selalu ingin ditemukan seniman melalui karya-karyanya. Kebebasan manusia dalam berpikir hadir untuk melawan kekuasaan feodalisme dan agama. Pula kebebasan manusia untuk bertindak melawan dominasi teknologi dan industri. Perang adalah bukti nyata dari terciptanya separatisme feodal, agama, ilmu pengetahuan, dan kapital dari kebutuhan dasar manusia. Dengan kata lain keempat hal tersebut berada berseberangan dengan apa yang diinginkan oleh manusia. Dari titik inilah seniman tampil dengan karyanya sebagai usaha penyadaran maupun perbaikan kondisi masyarakat. Konsep Realisme memberi kesempatan manusia menengok sejarah kemanusiaannya sekaligus memberi ruang bagi kritisasi kehidupannya sendiri. Futurisme seolah mencerminkan era “keputus asaan” tentang sejarah panjang kemanusiaan dan memutuskan untuk melangkah jauh ke depan. Eksistensialisme mempertanyakan kembali jati diri manusia yang ada akhirnya terbelenggu pula ada fungsinya sebagai anggota masyarakat. Inilah ideologi yang telah mendapatkan perlawanan oleh ideologi. Ideologi perlawanan seniman melalui bentuk kesenian merupakan jalan “terakhir” bagi penyelamatan suatu peradaban. Namun tidaklah bermakna negatif atau pesimis, tapi ideologi berkesenian akan mencipta suatu babakan baru yang lebih menjanjikan. Seniman avant-garde akan mulai muncul.Bagaimana Teater Indonesia atau tepatnya Teater Modern Yogyakarta? Situasi dan kondisi perubahan telah tampil ke permukaan. Inilah saatnya menjadi pendahulu-pendahulu jaman. Tapi, mungkinkah? Sejarah 35 tahun kekuasaan Orde Baru mungkinkah telah memasung semangat pembaharuan para seniman Yogyakarta? Era Mini Kata dan Era Sampakan akankah terulang kembali? Mari kita saksikan 10 tahun ke depan Teater Modern Yogyakarta.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Uncontrolled Keywords: | Teater Barat, Realisme Dan Futurisme | ||||
Subjects: | Teater > Penciptaan (penyutradaraan, penataan artistik, penulisan naskah,pemeranan) Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi) |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Teater | ||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||
Date Deposited: | 08 Jun 2017 01:12 | ||||
Last Modified: | 08 Jun 2017 01:12 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/1796 |
Actions (login required)
View Item |