Sucitra, I Gede Arya (2024) Kama Chitra. Project Report. Sanggar Dewata Indonesia, Yogyakarta.
Text (Konsepsi 'Kama Chitra' dalam pameran seni rupa seniman Diaspora Bali-SDI Yogyakarta)
2024-Juni -KAMA CHITRA 2024 CATALOG_260624.pdf Download (49MB) |
Abstract
Konsep “Kama Chitra” menggabungkan ekspresi artistik dengan filosofi Hindu dalam konteks postmodern dengan merangkul sifat multifaset dan memungkinkan interpretasi dan ekspresi yang beragam. Hal ini membentuk sebuah narasi lokal yang berakar kuat pada kerangka budaya dan ideologi filosofi Hindu dan tradisi estetika Yogyakarta. Para seniman SDI Yogyakarta pada tahun 2024 didorong untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan dasar niatan, hasrat, emosi, dan pertanyaan filosofis mereka yang terdalam melalui praktik kerja kreatif, sejalan dengan gagasan Kama sebagai hasrat mendasar yang mendorong penciptaan dan konten filosofis karya mereka. Esensi dari Kama Chitra adalah simfoni seni dan filsafat, perpaduan yang harmonis antara ekspresi artistik dan kedalaman filosofis akar budaya Hindu-Bali maupun beragam nilai lokalitas Nusantara. Sejalan dengan tajuk “Kama Chitra” sebagai bingkai pemahaman dan interpretasi daya kreatif seniman dan eksplorasi estetiknya, pandangan bahwa 'kama' sebagai niat dan keinginan awal seorang seniman adalah dasar untuk mengeksplorasi filsafat seni yang mengandung berbagai pemikiran, konsep, nilai dan praktik artistiknya. Seni menjadi salah satu sarana ekspresi paling utama bagi para seniman. Niat, keinginan, hasrat kreativitas seniman dalam menciptakan sebuah karya seni dapat menjadi dasar ekspresi dalam beragam representasinya. Dalam konteks “Kama Chitra”, emosi seperti cinta, hasrat, kesenangan, dan keindahan dapat tercermin dalam berbagai bentuk karya seni seperti lukisan, patung, seni instalasi, dan banyak lagi. Representasi simbol-simbol yang terkait dengan Kama dalam ranah karya seni kontemporer dapat menambahkan lapisan makna dan memperkaya narasi visual. Dalam pameran seni rupa, Kama Chitra terwujud melalui berbagai ekspresi teknik dan gaya, mulai dari realistik, figuratif, neo-minimalisme hingga abstraksi. Seniman dapat melahirkan inspirasi dan makna simbolik melalui konteks 'kesadaran' atas representasi ruang-ruang ideologis keinginan, emosi, kesenangan, dan keindahan melalui kreativitas medium yang mereka pilih, sehingga konsep 'little narration' yang digagas Jean-François Lyotard dalam The Postmodern Condition: A Report on Knowledge sebagai pintu masuk nilai-nilai lokalitas yang menjadi salah satu elemen penguat seni kontemporer berbasis paradigma postmodern. Melalui beragam citra-citra artistik seniman dalam Kama Chitra, memberikan ruang dialogis bagi setiap penikmat seni memiliki cara yang unik dan personal dalam menafsirkan karya seni. Mereka melihat, merasakan, dan terhubung dengan apa yang disajikan kepada mereka. Beberapa orang mungkin melihat simbolisme, sementara yang lain lebih memerhatikan daya tarik estetika visual. Sebagai hasilnya, ekspresi seniman menjadi terbuka terhadap berbagai interpretasi yang muncul dari kemampuan untuk menampilkan estetika Kama Chitra dalam ruang pameran.
Item Type: | Monograph (Project Report) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Subjects: | Karya Dosen Seni Murni > Seni Lukis Seni Murni > Seni Patung Penciptaan dan pengkajian seni |
||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Lukis | ||||
Depositing User: | I Gede Arya Sucitra | ||||
Date Deposited: | 18 Nov 2024 01:17 | ||||
Last Modified: | 18 Nov 2024 01:17 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/18857 |
Actions (login required)
View Item |