Ela Purwanti, 111366011 (2016) Bentuk Penyajian Tari Topeng Lengger di Desa Giyanti Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
|
Text
BAB I.pdf Download (6MB) | Preview |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy |
||
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (9MB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB IV.pdf Download (681kB) | Preview |
|
|
Text
JURNAL.pdf Download (553kB) | Preview |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (16MB) | Request a copy |
Abstract
Kesenian Lengger merupakan salah satu kesenian yang hingga saat ini masih berkembang di daerah Wonosobo. Penelitian ini lebih bentuk penyajian tari topeng Lengger yang ada di desa Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Lengger masih diminati oleh masyarakat pendukungnya dan dijadikan sebagai salah satu kesenian tradisional yang khas. Asal usul, fungsi, struktur, dan perkembangan lengger Giyanti dari seni tradisi menjadi seni pertunjukan tontonan dalam sebuah upacara adat nyadran merupakan sisi yang menarik bagi penulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan permasalahan tersebut, yaitu bagaimana bentuk penyajian pertunjukan lengger dari seni ritual ke seni tontonan di desa Giyanti. Untuk mengungkapnya digunakan pendekatan koreografis, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Mulanya pertunjukan lengger di desa Giyanti menampilkan laki-laki yang berperan sebagai perempuan, menari, dan menyanyi diiringi angklung, kempul, gong, dan kendhang batangan. Pada tahun 1975 terdapat perubahan penari lengger yang diperankan laki-laki kemudian diganti penari perempuan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan budaya dalam masyarakat. Lengger dapat diberi pengertian sebagai seni pertunjukan rakyat yang ratarata ditarikan oleh dua orang perempuan. Akan tetapi, pada umumnya istilah lengger digunakan untuk menyebut pertunjukannya. Dalam penyajiannya, seorang penari lengger selalu menari berpasangan dengan penari topeng. Keberadaan kesenian lengger tersebut memunculkan adanya kelompok kesenian lengger di desa Giyanti, yaitu Tunas Budaya dan Rukun Putri Budaya. Lengger Giyanti digunakan masyarakat untuk memeriahkan acara pernikahan, khitanan, nadar, hari-hari besar agama Islam, dan lain-lain. Fungsi lengger Giyanti adalah sebagai upacara adat yang menyangkut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hiburan, tontonan, media pendidikan, dan penunjang kemeriahan upacara-upacara. Akibat seringnya pertunjukan lengger dipentaskan dalam berbagai acara, maka fungsinya bergeser dari tuntunan menjadi tontonan. Potensi alam dan budaya Giyanti merupakan salah satu faktor kesenian lengger menjadi aset wisata. Proses kreatif seniman Giyanti memiliki peran besar dalam memunculkan kesenian lengger sebagai seni wisata. Hal tersebut memberikan perubahan terhadap bentuk penyajian pertunjukan lengger sebagai seni tontonan.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||
---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||
Department: | UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta | ||||
Additional Information : | 1. Bambang Pudjasworo 2. Budi Astuti | ||||
Uncontrolled Keywords: | Seni Tontonon, Tari Topeng Lengger, Bentuk Penyajian | ||||
Subjects: | Tari > Pengkajian Tari | ||||
Depositing User: | Bandono BD Bandono | ||||
Date Deposited: | 31 Jul 2017 02:44 | ||||
Last Modified: | 12 Jun 2018 02:40 | ||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/2082 |
Actions (login required)
View Item |