Triana Dewi, Ladija (2025) Melampaui Gotong Royong : Swakelola Modal Kolektif Seni di Yogyakarta dan Pengaruhnya Pada Upah Kerja Studi Kasus : MES 56, Ace House Collective, Krack Printmaking Collective. Masters thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
![]() |
Text
Ladija Triana Dewi_2025_Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) | Request a copy |
![]() |
Text
Ladija Triana Dewi_2025_BAB 1.pdf Download (853kB) |
![]() |
Text
Ladija Triana Dewi_2025_BAB 5.pdf Download (536kB) |
![]() |
Text
Ladija Triana Dewi_2025_LAMPIRAN.pdf Download (3MB) |
![]() |
Text
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi.pdf Restricted to Repository staff only Download (175kB) | Request a copy |
Abstract
Abstrak Kolektif seni di Yogyakarta hadir dengan diversitas aktivasi program dan pendekatan artistiknya dalam memproduksi pengetahuan. Kultur kolektif seni di Yogyakarta ditopang dengan semangat gotong royong : nilai-nilai keterbukaan, kebersamaan, solidaritas, fleksibilitas, disisi lain berimplifikasi pada samarnya pendefinisian nilai kerja, anggota kolektif dan upah kerja kolektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk membaca praktik kolektif seni melampaui narasi romantis gotong royong, bagaimana kolektif seni mengelola modal-modal yang dimiliki untuk didayagunakan pada keberlanjutan kolektif. Tinjauan teori yang digunakan adalah Arena Produksi Kultural, Ekonomi Budaya dan upah kerja. Dari ketiga teori tersebut, Arena Produksi Kultural (Bourdieu : 1983) digunakan untuk membaca dinamika pengelolaan modal social, simbolik, kultural adapun Handbook of Economy of Arts and Culture (David Thorsby : 2006) digunakan untuk membaca perspektif tenaga kerja artistik dan pendapatan ekonominya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Instrumen penelitian melalui Focussed Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di masing-masing kolektif dan pengisian google form untuk menggali strategi kerja kolektif- korelasi antara akumulasi modal sosial, simbolik, dan kultural dengan aspek modal ekonomi budaya dalam pembacaan upah kerja kolektif. Temuan dari penelitian ini adalah ketiga kolektif memiliki kesamaan pola dalam mengelola modal sosial, simbolis dan kultural namun memiliki perbedaan dalam mengelola pendanaan kolektif. Modal terbesar adalah modal manusia- yakni anggota kolektif itu sendiri yang kemudian berujung pada modal reputasi dan kepercayaan. Kesimpulannya, ketiga kolektif telah mampu mengakumulasikan dan mengelola modal, telah menyadari akan urgensi upah kerja, mampu membaca dan menerapkan praktik pengupahan meski belum secara signifikan menjadi prioritas.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Department: | KODEPRODI91102#S2TATAKELOLASENI | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Kolektif Seni, Gotong Royong, Produksi Kultural, Ekonomi Budaya, Upah | ||||||
Subjects: | Tata kelola seni | ||||||
Divisions: | Pascasarjana > S2 Program Studi Tata kelola seni | ||||||
Depositing User: | Ladija Triana Dewi | ||||||
Date Deposited: | 10 Jul 2025 07:24 | ||||||
Last Modified: | 11 Jul 2025 04:05 | ||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/21427 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |