Suwarna, Cici (2004) Calung Sunda Suatu Kajian Atas Perkembangan Calung Jingjing di Jawa Barat. Masters thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
![]() |
Text
Bab I.pdf Download (11MB) |
![]() |
Text
Bab V.pdf Download (2MB) |
![]() |
Text
Full Teks.pdf Restricted to Repository staff only Download (71MB) | Request a copy |
Abstract
Calung Sunda adalah salah satu jenis kesenian khas Jawa Barat, tercipta karena naluri, a1am, watak serta lingkungan yang bersifat agraris dengan mempergunakan bambu (bhs. Sunda: awi) sebagai media ekspresinya. Adapun bambu yang biasa dipergunakan sebagai bahan pembuatan Calung Sunda adalah Bambu Wulung yang berwama hitam dan Bambu Temen yang berwama putih. Untuk menghasilkan intensitas suara Calung yang baik, bambu tersebut diolah terlebih dahulu, baik dengancara alami maupun dengan melalui proses kimiawi. Berdasarkan pada bentuknya, Calung Sunda yang terdapat di Jawa Barat terdiri dari empat macam bentuk yaitu 1. Calung Rantay/Calung Gambang; 2. Calung Tarawangsa; 3. Calung Gamelan/Salentrong; dan 4. Calung Jingjing. Calung Rantay/Calung Gambang adalah bentuk dan cara menabuh Calung seperti waditra gambang, penempatannya disusun dari nada tinggi hingga nada rendah, dengan mempergunakan tali pengikat; Calung Tarawangsa adalah Calung Sunda dalam penyajiannya ditambah dengan waditra tarawangsa (alat gesek), kacapi, suling dan juru sekar. Kesenian ini merupakan kesenian khas di Kampung Cigelap, Desa Parung, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya yang dipergunakan sebagai sarana upacara penghormatan pada Dewi Sri atau Dewi Padi; Calung Gamelan adalah perangkat alat musik gamelan yang terbuat dari bambu, penyajiannya merupakan aplikasi dari sistem menabuh gamelan gaya Sunda. Istilah Calung Gamelan pada saat ini lebih dikenal dengan nama Gamelan Awi alau Salenlrong; dan Calung Jingjing adalah cara menabuh Calung yang dijinjing, ini merupakan suatu perkembangan agar lebih praktis dan dapat dibawa ke tempat lain dengan mudah. Ensambel calung jingjing terdiri dari empat ancak calung ditambah dengan waditra kendang, gong dan kosrek. Dalam perkembangannya, tidak semua jenis calung berkembang dengan baik hal ini diakibatkan oleh sifat dan karakteristik dari jenis Calung tersebut. Calung Buhun (Calung Tarawangsa dan Calung Rantay) tidak berkembang dengan baik sebab sifat dan karakteristiknya Ekslusif (tertutup) sulit menerima perubahan dan pembaharuan baik secara internal maupun eksternal, terkesan kaku dan monoton sebab dalam penyajiannya terikat oleh pakem/aturan serta tidak terdapat modifikasi dan kurangnya sistem regenerasi, biasa disajikan dalam upacara ritual untuk kepentingan tertentu yang dianggap keramat sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Sedangkan yang berkembang dengan baik adalah Calung Modern (Calung Jingjing dan Calung Pop) sebab sifat dan karakteristiknya Insklusif (terbuka) artinya Calung Modern siap menerima perubahan dan pembaharuan baik secara internal maupun eksternal dan bersifat dinamis, toleran dan fleksibel. Sajiannya disesuaikan dengan kepentingan pasar (selera masyarakat), maka Calung Modern berfungsi bukan hanya hiburan semata tetapi dapat dijadikan komoditi industri sebagai mata pencaharian (profesi)
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Department: | KODEPRODI91101#SENI | ||||||
Uncontrolled Keywords: | calung Sunda, calung jingjing | ||||||
Subjects: | Etnomusikologi | ||||||
Divisions: | Pascasarjana > S2 Studi Penciptaan dan pengkajian seni | ||||||
Depositing User: | sugeng SW wahyuntini | ||||||
Date Deposited: | 29 Aug 2025 07:56 | ||||||
Last Modified: | 29 Aug 2025 07:56 | ||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/21903 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |