Timbul Raharjo, curator and Agus Sriyono, co-curator and Arif Suharson, co-curator 2 and Wahyu Tri Atmojo, - and A. Anzieb, - and Eddy Supriyatna Marizar, - (2018) Katalog pameran besar seni kriya UNDAGI #2 : Inspirasi budaya nusantara dalam kriya. [Show/Exhibition]
|
Text
E-KATALOG_UNDAGI #2_2018.pdf Download (59MB) | Preview |
Abstract
Peradaban bangsa suatu bangsa dapat dilihat dari peninggalan artefaknya, mengandung peninggalan masa lalu yang dapat memberi gambaran sejarah perjalanan hidup nenek moyang. Berbagai peninggalan sejarah itu secara visual memiliki makna dan fungsi baik tersurat maupun tersirat. Representasi dari karya-karya dapat berupa karya yang tangible dan intangible. Keduanya saling melengkapi dan memberikan nilai. Pada dasarnya puncak-puncak kebudayaan masa lalu memiliki karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya. Kebanggaan dan penghargaan terhadap peninggalan masa lalu bukanlah sekedar nostalgia, namun bisa juga dianggap sebagai nguri uri budaya bangsa. Pada sisi lain, ekspansi budaya modern semakin intensif, sehingga kadang mampu menyisihkan nilai-nilai budaya lama. Sekalipun kebudayaan tradisonal mulai tersisihkan bukan berarti ia harus kehilangan perannya bagi pengembangan kebudayaan bangsa. Terbukti banyak seniman yang memanfaatkan kebudayaan tradisional sebagai sumber ide penciptaan karya-karya baru. Kreativitas seniman masa ini kadang-kadang susah ditebak. Kadang kadang saat mood berkesenian itu muncul, maka kreativitas untuk menggali unsur-unsur budaya tradisi tidak bisa dihindarkan. Mereka mengeksplorasi khasanah budaya bangsa, baik untuk kepentingan keilmuan maupun penciptaan karya seni. Idiom-idiom budaya bangsa itu menjadi penting dalam proses kreatif berkesenian dengan keterampilan kognitif yang dimiliki, maka seorang seniman dapat menyerap, mengolah, dan menciptakan seni kriya baru. Karya baru tersebut sebagai bentuk pencarian diferensiasi yang berupa eksplorasi idea/konsep, bentuk, material, dan karakter ataugaya. Dalam konteks ini ada dua tujuan umum dalam penciptakan karya seni kriya: pertama, sebagai pemuas batin, yakni sebagai karya yang hadirtanpa ekspektasi di luar kegelisa ha n batin nya; kedua, sebaga i bagia n untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah yang berbasis pada ranah budaya. Kedua tujuan itu bisa saling memenuhi. Kadang-kadang karya personal dapat memberikan inspirasi pada karya yang sifatnya reproduksi terbatas dan massal. Kehadirannya tak lepas dari pengaruh lingkungan termasuk potensi lokal sebagai sumber inspirasinya, baik berupa konsep-konsep tradisi budaya, pola kehidupan, maupun material disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian budaya lokal atau tradisi sesungguhnya dapat berbicara secara global sebagai bagian jati diri bangsa. Seni kriya relatif banyak menggali potensi alam dan budaya Nusantara. Langkah demikian mampu memberikan nilai tambah berupa keunikan yang berkarakter Indonesia. Hal ini sekaligus memiliki fleksibelitas seni termasuk di dalamnya nilai guna. Kriya dapat memberikan pandangan baru karya yang bersifat ekspresi pribadi dalam seni terapan dan untuk pajangan, misalnya souvenir, produk asesoris, mebelair, dan lainnya. Prociuk kriya telah mampu memberikan bentuk-bentuk kreativitas baru pada produk budaya tertentu. Penyelenggaraaan pameran seni kriya sebagai salah satu bentuk pendidikan apresiasi kepada masyarakat relatif sedikit diselenggarakan. Hanya pada jenis karya reproduksi yang banyak dilakukan, yakni karya seni yang dibuat secara masal dari bentuk dan teknik masa lalu yang disebut dengan seni kerajinan. Seni kriya yang yang berorientasi penciptaan baru sebagai pijakan kreativitas kekinian atau desain baru hasil ini perlu mendapat perhatian. Hal ini karena hasil dari kreativitas penciptaan itu memberikan dampak pada popularitas karya kriya. Prociuk masal karya kriya sebagai komoditi bisnis berpengaruh pada maraknya kriya baru yang ngetrend di pasaran dan bercirikhas Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan Pameran UNDAGI #2 tahun 2018 berbeda dengan yang pertama. Pameran UNDAGI#2 akan menyajikan karya-karya yang lebih memberikan inspirasi bagi pertumbuhan dan perkembangan kriya yang mengkolaborasikan potensi kreasi dengan material. Lebih dari itu, karya kriya yang disajikan merupakan karya seni kriya baru yang unik dan kreatif. Sebab, peristiwa ini akan lebih mengutamakan kebaruan ide penggalian budaya bangsa, materi, teknik, dan ftnishingnya. Tidak menutup kemungkinan karya yang bersifat murni yang menggali potensi budaya bangsa. Peserta pameran adalah para kriyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap profesinya. Karya yang dipamerkan akan dikurasi secara ketat, berkaidah kesenirupaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi dan edukasi masyarakat luas.... Restu gunawan: Pameran Besar Seni Kriya Undagi #2 ini merupakan program dari Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik lndonesia. Pameran ini bertema "Seni Kriya lnspirasi Budaya Bangsa" merupakan rangkaian kegiatan pameran sebelumnya, yakni Undagi #1 dua tahun lalu. Yogyakarta dipilih sebagai tempat pameran Undagi #2 karena sebagai wilayah yang memiliki tradisi pengembangan ilmu seni kriya yang didukung keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni kriya tertua di lndonesia yakni Jurusan Kriya Institut Seni lndonesia (lSI) Yogyakarta, dan lima Sekolah Menengah lndustri Kerajinan (SMIK), Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), dan komunitas-komunitas seni kriya, seperti Keramik Kasongan, Batik lmogiri, Perak Kota Gedhe, Batik Pandak Bantul. Keris Banyusumurup, dan lainnya. Pameran ini diikuti oleh 40 peserta open call dan 46 peserta undangan, dengan menampilkan 110 karya yang tersaji dalam karya yang sifatnya utuh dan instalasi. Kekayaan alam dan budaya lndonesia yang beragam merupakan sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni kriya. Seni-budaya peninggalan nenek moyang adalah hasil kesenian tradisi yang memiliki nilai keindahan dan filosofis. Produk tradisi seni kriya masa lalu adalah kebudayaan adiluhung yang tumbuh berkembang di dalam keraton, maupun di luar keraton. Pemerintah melindungi bentuk-bentuk kebudayaan tradisi yang telah berakar kuat dan menjadi trade mark daerah tertentu atau wilayah tertentu. Sejumlah karya kriya berupa artefak tentu memiliki nilai tersendiri sebab menyangkut bagian dari kreativitas lokal dan mengandung kearifan lokal. Pameran ini menekankan resepsi atas karya-karya masa lalu yang dielaborasi oleh para kriyawan, sehingga memiliki nilai artistik dan nilai guna yang tinggi. Hilmar Farid : Seni Kriya sebagai salah satu cabang seni rupa sudah berkembang sejak lama di Indonesia, baik di kraton-kraton nusantara maupun di masyarakat umum. Keragaman seni kriya lndonesia masa lampau merupakan produk kearifan lokal yang bernilai tinggi dan mampu menggugah cita rasa estetik bagi para penikmat dan penggemarnya. Mengamati karyakarya adiluhung tersebut akan membuka wawasan dan cakrawala estetik penikmatnya, sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi upaya pengembangan penciptaan karya seni kriya lndonesia baru. Ada dua hal yang patut dicermati dalam kaitannya dengan pengembangan seni kriya dalam konteks UU Pemajuan Kebudayaan. Pertama adalah masalah pelindungan karya dan pemanfaatan karya seni kriya. Dalam hal perlindungan, tentu untuk melindungi karya-karya seni, kita harus terlebih dahulu mengetahui kondisi faktual dari karya yang ingin di lindungi. Permasalahannya adalah kebanyakan karya seni tidak didata dengan baik padahal untuk dilindungi kita harus tahu apa yang kita punya. Kedua adalah pemanfaatan seni kriya, untuk pengembangan ekonomi, pendidikan dan penciptaan karya seni. Dalam konteks ini karya kriya sungguh sangat besar nilai ekonominya dalam sirkulasi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai upaya memperkaya dan memperluas akses terhadap seni kriya, pameran ini sangat penting dalam meningkatkan apresiasi terhadap seni dan mendorong munculnya para kritikus dan kreator muda. Dalam konteks pendidikan, seni kriya pun mempunyai fungsi sangat penting dalam membangun karakter. Dengan mendalami kekayaan ekspresi kesenian, kita secara tidak langsung juga terpapar pada nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Pendidikan yang bertumpu pada kesenian, karena itu, sudah selayaknya menjadi bagian terdepan dari pendidikan karakter. Seni merupakan pintu masuk bagi berbagai ungkapan perasaan manusia. Dengan mendekatkan diri pada keragaman ekspresi seni, kita pun terpapar pada kekayaan alam perasaan manusia. Dan itu adalah modal awal bagi pembangunan karakter bangsa. Untuk itulah perlunya peserta didik belajar ke pusat-pusat kerajinan kriya yang ada di berbagai daerah selain untuk meningkatkan keterampilan juga berfungsi meningkatkan ketajaman dalam mengasah pemikiran.
Item Type: | Show/Exhibition | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | Kriya, seni, undagi | ||||||||||||||
Subjects: | Kriya > Kriya Kayu Kriya > Kriya Logam Kriya > Kriya Tekstil Kriya > Kriya Kulit Kriya > Batik dan fashion Kriya > Kriya Keramik |
||||||||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Kriya > Kriya Keramik | ||||||||||||||
Depositing User: | agus tiawan AT | ||||||||||||||
Date Deposited: | 22 May 2018 00:51 | ||||||||||||||
Last Modified: | 22 May 2018 00:51 | ||||||||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/3116 |
Actions (login required)
View Item |