Bahasa Suluk Pedalanqan (Sebuah Tinjauan Sosio-Linguistik)

Sri Djoharnurani, - (1991) Bahasa Suluk Pedalanqan (Sebuah Tinjauan Sosio-Linguistik). Project Report. Balai Penelitian ISI Yogyakarta.

Preview	Text BAB 1.pdf Download (4MB) | Preview
	Text BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) | Request a copy
	Text BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (6MB) | Request a copy
	Text BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (9MB) | Request a copy
Preview	Text BAB 5.pdf Download (1MB) | Preview
	Text LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Bahasa suluk pedalangan ternyata memiliki laras bahasa yang menarik untuk dibahas. Pada dasarnya suluk pedalangan termasuk genre sastra puisi' yang diwariskan melalui tradisi lisan. Sebagai karya sastra lisan, suluk pedalangan di samping menyedia­ kan formula yang stereotip, juga memberi peluang improvisasi bagi dalang untuk proses penciptaan kembali. Pengulangan yang dilaku­ kan dalang masih berkiblat pada anggapan isi lebih dipentingkan dari bentuknya, sebab isi lebih sakral. Namun ragam sastra dalam suluk pedalangan juga lebih memfokuskan pada pilihan kata yang indah. • Sela.in itu su luk pedalangan juga mempunya i laras (ragam) bahasa sakral, sebagai salah satu ciri peninggalan fungsi di kala muncul lampau . Demikian juga halnya dengan suluk wayang pedalangan ruwatan yang juga dibangun dari dua laras bahasa ini. Tentu saja ragam bahasa sakral menjadi sangat dominan, ditandai dengan penggunaan kata yang dipandang mempu n yai daya magi. Kata­ kata yang demikian biasanya dipungut dari bahasa arkais bersum­ ber pada bahasa Sanskerta dan Jawa Kuna. Satu hal yang menarik adalah penggunaan kata yang sukar dimengerti maknanya, tetapi dipandang mempunyai benih magis. Kata-kata semacam ini dihasilkan karena adanya sistem penjarwaan dan penandaannya yang kurang tepat, sehingga ada distorsi kata yang dianggap mempunyai kekua­ tan magis sekaligus puitis. Dan ternyata, bahasa suluk pedalan­ gan termasuk karya sastra Jawa yang religius.Hasil kajian terhadap dua ragam bahasa suluk pedalangan ini menunjukkan adanya varian bahasa dari sudut hubungan/status( undha – usuk ).Kehadiran varian bahasa semacam ini memb u ka pengertian bahwa fungsi bahasa suluk pedalangan ternyata sangat transparan dalam membiaskan kebudayaan Jawa dari dulu sampai saat kini. Lewat ragam dan varian bahasa suluk pedalangan dapat dinik­ mati kembali intelektualitas masyarakat Jawa dalam memandang jagat semesta, mengartikan hidup dan kehidupan, menyodorkan resep yang mudah diterima untuk menyongsong kehidupan yang sebenarnya . Selain itu ragam dan varian bahasa suluk pedalangan ruwatan juga menguak nilai-nilai etik masa lalu yang ternyata masih dapat dilakukan di saat ini. Meskipun ceritera wayang ruwatan bersifat mitologis, ternyata sarat dengan kristal-kristal luhur yang masih mampu engusik pandangan orang-orang Jawa di jaman modern ini. Terbukti upacara ruwatan masih dihadirkan kelompok tertentu yang membutuhkan untuk ketenangan hidup anak keturunannya.Suluk pedalangan -- dalam hal ini bahasa -- adalah sebagian kecil dari se9uah pergelaran wayang yang sangat luas, namun mampu memberi arti yang dalam dan kemudian meneruskan nilai-nilai etis menurut konsep pandanga n orang Jawa kepada masayrakat sekarang. Suluk pedalangan mampu memberi kenikmatan ( delectare ) yang seka- 1igus juga mampu menggerakkan ( movere ) bat in manus ia un tuk meng­ hayati pendidikan ( docera ) etika yang ada di dalam jiwa bahasa suluk pedalangan tentang "bagaimana manusia bijaksana hidup" asli pandangan hidup orang Jawa (Indonesia), meskipun Plato juga mengkidungkan ajaran ini.

Actions (login required)

View Item