Sri Djoharnurani, - and Parsuki, - and Alexandri Luthfi R., - (1999) Nilai-Nilai Budaya Di Balik Retorika Bahasa Sinetron Indonesia. Project Report. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.
|
Text
BAB 1.pdf Download (5MB) | Preview |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (4MB) | Request a copy |
||
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (21MB) | Request a copy |
||
Text
BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (26MB) | Request a copy |
||
Text
BAB 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (8MB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB 6.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Berangkat dari pendapat tentang kualitas sinetron Indonesia saat ini mengecewakan - karena sutradara tidak menggarap secara serius terhadap naskah yang tersedia-penelitian ini dimulai. Naskah yang menampilkan sebuah kisah dramatik yang sarat dengan konflik, menarik dan banyak memberi peluang untuk menghadirkan proses kreatif sang sutradara, temyata ulah sang sutradara membuktikan lain. Alurnya linier dan tidak dramatik, mengalir lurus tanpa gejolak emosi, melelahkan dan membosankan. Pemeran utama tampak terjebak dalam keterbatasan mengembangkan karakter. Dan sang tokoh dalam sinetron pun lemah dalam mengekspresikan, sehingga sinetron Indonesia masih kacau dalam garapan maupun mencuatkan maknanya. Apa yang dramatis. artistik, bernilai dalam sebuah naskah ceritera ataukah skenario sinetron, menjadi tidak bemafas demikian setelah divisualkan dan diverbalkan dalam pita seluloid. Bahasa visual dan bahasa verbal dalam sinetron Indonesia tampak berwajah carut marut dalam menunjukkan budaya sendiri, dan budaya Indonesia yang harusnya lebih ditonjolkan jadi agak tergeser, tidak akrab dengan akar budaya sendiri, sehingga tidak mencenninkan nilai budaya. Benarkah hal ini terjadi pada sinetron yang digarap oleh sutradara yang mengawali pengalaman sinematiknya lewat medium film yaitu sinetron "Pahlawan Tak Dikenal", ''Perkawinan Siti Zubaidah ", "Oh lbu dan Ayah Selamat Pagi'' dan "Angin Rumput Savana"? Oleh karena itu keempat sinetron tersebut di teliti. Bahwa empat sinetron yang menjadi objek penelitian telah lama di tayangkan memang tidak diingkari. Bagi peneliti waktu lahimya sinetron tidak menjadi masalah, sebab yang lebih dipentingkan adalah nama sutradara di balik sinetron yang cukup diakui sebagai sutradara yang berkualitas. Keempat sinetron ini secara garis besar dapat menyampaikan pesan lewat bahasa visual secara menari k meskipun tidak menyeluruh. Dalam PTD, Wim Umboh selaku sutradara dapat menyampaikan pesan yang sederhana ini cukup menarik , namun sayangnya pesan yang menarik itu menjadi kurang menarik dalam bahasa visual yang disampaikan . Sedang dalam PSZ, bahasa visualnya cukup memuaskan, meskipun maupun bahasa nonverbal kurang tergarap rapih . Demikian juga halnya ARS dan IASP. Walaupun ada bahasa nonverbal dan bahasa verbal yang agak menyimpang dari sifat bahasa nonverbal dan bahasa verbal Indonesia, namun pada hakikatnya keempat sinetron tersebut mengandung dan memancarkan nilai budaya Indonesia. Demikian juga halnya dengan gramatika televisi yang dimanfaatkan pada umumnya dapat dibanggakan, meskipun di sana-sini masih ada yang kurang harmonis.
Item Type: | Monograph (Project Report) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Department: | UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta | ||||||||
Uncontrolled Keywords: | nilai-nilai budaya, sinetron Indonesia | ||||||||
Subjects: | Teater > Pengkajian seni teater (dramaturgi) | ||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Teater | ||||||||
Depositing User: | jody JS Santoso | ||||||||
Date Deposited: | 22 Jun 2018 04:17 | ||||||||
Last Modified: | 22 Jun 2018 04:18 | ||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/3285 |
Actions (login required)
View Item |