Fungsi Dan Makna Adegan Gara-Gara Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta

Junaidi, NIDN. 0002106207 (1992) Fungsi Dan Makna Adegan Gara-Gara Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta. Project Report. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Preview	Text BAB 1.pdf Download (4MB) | Preview
	Text BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (6MB) | Request a copy
	Text BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (5MB) | Request a copy
Preview	Text BAB 4.pdf Download (1MB) | Preview
	Text LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Adegan gara-gara dalam pakeliran wayang kulit. pun:a tradisi gaya Surakarta yang terdapat alam Pakem Serat Sastramiruda , Se­ rat Tuntunan Pedhalangan Caking Pakeliran Lakon Irawan rabi dan Bauwarna Kawruh Wayang , bahwa adegan gara.-gara hanya disajikan dalam pakeliran yang di dalamnya terdapat adegan Satria agung yang sedang bertapa. Adapun yang dimaksud aatria-satria agung seperti: Manumayasa, Palasara, Sakri , Pandhu dan Premad i (Arjuna) Dalam hal ini adegan gara-gara difun gsikan sebagai pend ukung adegan Satria bertapa, bagi Satria agung tapabrata merupakan su­ atu usaha m endekatkan diri dengan Sang pencipta agar me ndapat - kan anugerah sesuai dengan yang d iharapkannya. Sedangkan makna gara-gara adalah suatu simbol kekuatan batin dari Satria yang sedang bermeditasi (semedi). Akibat dari kekuatan batin Satria yang sedang bersemedi alam semesta terjadi kegoncangan, yang menyebabkan suasana mencekam, menakutkan dnn kacau. Hal ini dapat dilihat dari ucapan gara-gara oleh dalang yang m elukiskan huru­ hara dalam alam semesta, pertengkaran pun akawan yang dilLujudkan dengan gerak wayang (sabetan) dan iringan musik gamelan dan syair tembangnya yaitu syair Kagok Ketanon.

Actions (login required)

View Item