MUSIK NDOTO DALAM RITUAL NGAGHA MERE DI KAMPUNGWAJO KECAMATAN KEO TENGAH KABUPATEN NAGEKEO FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Blandina Wenika Djawa, 1410524015 (2019) MUSIK NDOTO DALAM RITUAL NGAGHA MERE DI KAMPUNGWAJO KECAMATAN KEO TENGAH KABUPATEN NAGEKEO FLORES NUSA TENGGARA TIMUR. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (12MB) | Request a copy
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
BAB V.pdf

Download (594kB) | Preview
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text
JURNAL.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.isi.ac.id

Abstract

Ritual Ngagha Mere adalah ritual mengucap syukur dan memberikan persembahan kepada leluhur yakni ine ame ebu kaju, yang dilaksanakan oleh masyarakat Wajo di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam pelaksanaannya, Uwi (ubi jalar liar) dijadikan persembahan kepada para leluhur. Ritual Ngagha Mere tidak terlepas dari musik, yakni musik Ndoto. Musik tersebut sangat penting peranannya dalam ritual Ngagha Mere, karena merupakan sarana komunikasi masyarakat Wajo kepada para leluhur. Masyarakat Wajo percaya bahwa ketika musik tersebut dimainkan, para leluhur akan mendengar, dan mengetahui bahwa anak cucunya datang untuk memberi persembahan. Musik Ndoto memiliki beberapa ragam, dan ragam-ragam tersebut berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Wajo. Motif-motif yang dimainkan dalam ragam mencerminkan kehidupan masyarakat Wajo yang selalu menanamkan semangat dalam menjalani hidup, serta gotong-royong dalam masyarakatnya. Alat musik Ndoto tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi, tetapi juga digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus ubi. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi adanya permainan alat musik tersebut di kampung adat, sebab alat musik itu tidak boleh lagi dimainkan di kampung adat setelah ubi dipersembahkan kepada para leluhur. Namun jika dihubungkan ke dalam kehidupan masyarakat Wajo, dapat diinterpretasikan bahwa pembuatan alat musik Ndoto melambangkan sebagai kelahiran manusia, permainan musik Ndoto sebagai proses menjalani hidup, dan penggunaannya sebagai kayu bakar sebagai kematian atau berpulangnya manusia kepada sang pencipta. Dapat disimpulkan bahwa ritual Ngagha Mere sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk leluhur, dan musik Ndoto adalah sarana komunikasi masyarakat kepada leluhur, sehingga alat musik tersebut hanya dapat digunakan di kampung adat dan pada saat ritual Ngagha Mere, sebab masyarakat Wajo berprinsip bahwa apa yang diperuntukkan bagi leluhur, biarlah untuk leluhur saja, sehingga alat musik Ndoto harus dimusnahkan agar tidap dimainkan lagi dengan menjadikan alat musik tersebut sebagai kayu bakar.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNIM
Blandina Wenika Djawa, 1410524015UNSPECIFIED
Department: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Additional Information : Krismus Purba Amir Razak
Uncontrolled Keywords: Ngagha Mere, Musik Ndoto
Subjects: Etnomusikologi
Divisions: Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi
Depositing User: sri SE endarti
Date Deposited: 15 Mar 2019 02:55
Last Modified: 15 Mar 2019 02:55
URI: http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/4163

Actions (login required)

View Item View Item