DIATMIKA, A.A. Gede Adhikrisna (2018) Tatorek. Skripsi thesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Text
03. BAB I.pdf Download (3MB) |
|
Text
04. BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy |
|
Text
05. BAB III.pdf Download (1MB) |
|
Text
07. LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) | Request a copy |
|
Text
Jurnal A. A. Gede Adhikrisna D.pdf Download (4MB) |
Abstract
Keseimbangan telah ada sejak lama dengan munculnya bukti populer berupa simbol (yin-yang di Cina), dalam konteks ini yakni simbol tapak dara atau dalam istilah lain disebut tatorek sebagai mana dijumpai di Bali. Penulis merasa tertarik menjadikan ladang ekplorasi sekaligus menjadi bingkai gagasan atau judul garapan, Tatorek. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada yang menggarap konsep keseimbangan dalam konteks tri hita karana menjadi komposisi musik. Padahal pada kenyataannya konsep tersebut sangat penting untuk disebarluaskan, salah satunya melalui komposisi musik. Oleh karena itu, konsep keseimbangan tri hita karana ini masih relevan untuk digarap. Berdasarkan gejala atau permasalahan tersebut, gagasan yang menjadi penawar dalam karya musik yang bertajuk Tatorek adalah bagaimana mewujudkan ide atau gagasan yang mengacu pada konsep keseimbangan tiga yaitu manusia dengan alam termasuk (bhuta kala, bawahan dari manusia) manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan menjadi satu narasi dalam bentuk musik etnis yang berjudul tatorek. Hal ini sekaligus menjadi tujuan penulis dalam komposisi musik etnis. Penciptaan sebuah karya tentu memerlukan metode sabagai landasan guna mewujudkan sebuah bentuk karya seni. Pada kesempatan ini metode yang digunakan mengacu pada metode atau teori Alma M. Hawkins. Teori Alma Hawkins ini sudah sering digunakan dalam komposisi karya-karya sebelumnya, yang menjadi kitab suci di Jurusan Seni Tari. Namun demikian teori ini bisa diaplikasikan dalam penciptaan musik etnis. Adapun teori penciptaan ini meliputi ekplorasi, improvisasi dan pembantukan atau komposisi. Ajaran tri hita karana terdiri dari tiga sendi seolah identik dengan prinsip estetika tri angga yang ditulis Bandem. Tri angga terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, badan, dan kaki. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi penulis untuk memikirkan bentuk dari gagasan, mengingat kesempurnaan ide terasa kurang jika kehadirannya tidak merupa (bentuk). Komposisi Tatorek mengambil bentuk vokal instrumental gending yang mengacu pada konsep bentuk sandyagita. Namun dalam garapan komposisi ini yang, paling dominan adalah intrumental.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Department: | KODEPRODI91201#Etnomusikologi | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Tatorek, keseimbangan tiga, sandyagita, etnomusikologi, Tri Hita Karana | |||||||||
Subjects: | Etnomusikologi | |||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Etnomusikologi | |||||||||
Depositing User: | Ida ID Sriwahjudewi | |||||||||
Date Deposited: | 01 Nov 2019 02:52 | |||||||||
Last Modified: | 01 Nov 2019 02:52 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/5350 |
Actions (login required)
View Item |