Ni Nyoman, Sudewi (2019) Koreografi Tari "Legong Kebyar Masilelancingan, Pragina Pitu". [Video]
Video (Karya ini adalah sebuah simbol fase kehidupan, saat manusia menuju titik masilelancingan, lancing yaitu sikap menuju pilihan hidup untuk menuju masa depan. Fase ini dalam masyarakat Bali merupakan saat individu tersebut mendekatkan diri pada keheningan)
watch_v=icnLodTl4aA&feature=youtu.be Download (431kB) |
Abstract
Karya ini merupakan bentuk baru dari karya sebelumnya berjudul “Legong Kebyar Masilelancingan”, produksi tahun 2018, dan sudah dipentaskan dalam “Asia Tri Jogja, An International Performing Art Event” di Yogyakarta, pada bulan September 2018. Istilah baru menunjuk pada satu upaya pengolahan kembali bagian-bagian tari yang sejak awal memang diarahkan bersifat ‘terbuka’ bagi tindak kreatif yang berbeda karena berbagai kondisi. Misalnya karena faktor penari dan ruang pertunjukan yang berbeda. Sebagai pengikat tindak kreatif yang muncul, yaitu musik tari yang sudah direkam, pola relasi antar penari, motif-motif gerak pokok, dan tema tari dalam satu kesatuan ataupun terpisah pada bagian-bagian tari. Pertimbangan antisipatif terhadap perubahan dipicu oleh keberadaan sumber penciptaan tari yaitu Legong dan Kebyar. Konsep estetika Legong dan Kebyar (tentang struktur Legong yang bersifat ‘terbuka’ dan sifat improvisatoris dari genre tari Kebyar) menjadi acuan dalam penciptaan sekaligus penyempurnaan karya. Pembeda yang langsung nampak dalam karya ini yaitu penambahan dua penari putra putri di bagian awal tarian. Pada karya sebelumnya, penari berjumlah lima orang. Hal ini yang mengarahkan perubahan nama tarian menjadi “Legong Kebyar Masilelancingan, Pragina Pitu”. Pragina pitu (bahasa Bali) berarti tujuh penari. Penambahan jumlah dua penari sangat terkait dengan gagasan tari yang berpusat pada ‘diri’, diri yang satu dengan dimensi dua (konsep nilai dua). Konsep nilai dua atau rwa bhineda merupakan salah satu acuan konsep estetika bentuk tari Legong Keraton. Dengan demikian, kata pitu dalam proses kekaryaan ini sebenarnya juga dapat ‘dipermainkan’ menjadi P-I-T-U (pembatas inspirasi tatanan utama). Pembaruan (perubahan dan pengembangan) harus tetap memperhatikan tatanan utama tarian yang penciptaannya berpusat pada tema, pokok masalah yang dikomunikasikan. “Legong Kebyar Masilelancingan, Pragina Pitu” dipentaskan perdana pada tanggal 13 Oktober 2019 di Nuart Sculpture Park, di Bandung, bekerjasama dengan Tim Manajemen Nuart dan kelompok penggiat seni Sasi Kirana Bandung. Bagian-bagian dari tari ini juga telah dilatihkan kepada beberapa anggota Sanggar Tari Saraswati di Yogyakarta melalui kegiatan workshop tari, untuk melihat tingkat kesulitan setiap teknik gerak juga kemungkinannya untuk dikembangkan kembali.
Item Type: | Video | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Uncontrolled Keywords: | Legong, Kebyar, Tari | |||||||||
Subjects: | Tari > Penciptaan Tari Audio Visual Karya Dosen |
|||||||||
Divisions: | Fakultas Seni Pertunjukan > Jurusan Tari > Seni Tari (Penciptaan) | |||||||||
Depositing User: | Ni Nyoman Sudewi | |||||||||
Date Deposited: | 27 Apr 2021 06:49 | |||||||||
Last Modified: | 27 Apr 2021 06:49 | |||||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/8294 |
Actions (login required)
View Item |