Wisetrotomo, Suwarno and Ratna Pramastuti, Pradani (2021) Drama Politik dalam Ingatan dan Visualisasi Seorang Pelukis Kajian Kritis Terhadap “Trilogi” Lukisan Karya Djokopekik. Project Report. LPT ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Text
Suwarno_BAB I.pdf Download (818kB) |
|
Text
Suwarno_BAB VI.pdf Download (704kB) |
|
Text
Suwarno_FULL TEXT.pdf Restricted to Repository staff only Download (4MB) | Request a copy |
Abstract
Tragedi politik pada 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September / Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI) yang berujung pada sejarah gelap bangsa Indonesia, masih menyisakan pengalaman traumatis pada sebagian warga bangsa yang terseret pada peristiwa itu. Tak terkecuali, kalangan seniman – seni rupa, seni pertunjukan, sastra, dan lainnya – banyak yang terhempas oleh drama politik itu, antara lain karena keterlibatannya di Lembaga Kebudayaan Rakjat (LEKRA) sebuah organisasi yang menghimpun pemikiran aktivitas seniman di bawah naungan Partai Komunias Indonesia (PKI). Pasca 1965, pembasmian PKI dan anasir-anasirnya, melibas semua orang yang bersinggungan, termasuk yang berada dalam LEKRA dan organisasi di bawahnya. Mereka diburu, ditangkap, dipenjara (dari penjara ke penjara), salah seorang di antaranya adalah pelukis Djokopekik, yang pernah aktif di Sanggar Bumi Tarung, sebuah sanggar seni rupa. Akibatnya, ia berupaya bersembunyi, harus lari dari kota Yogyakarta, ke Jakarta, dan akhirnya tertangkap, kemudian dipenjara di Benteng Vredeburg dan Wirogunan. Djokopekik merupakan salah seorang pelukis yang “selamat”, termasuk yang bertahan dari represi pemerintahan Orde Baru, dan bahkan menuai “sukses” setelah karya-karya dibahas secara mendalam oleh peneliti cum sejarawan Astri Wright, dan kemudian dipamerkan pada Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS, 1990/1991), yang dikuratori oleh Joseph Fisher dan Astri Wright (ko-kurator), serta kurator dalam negeri Soedarso Sp. “Sukses” yang dimaksudkan adalah, Djokopekik terus mendapatkan apresiasi, karya-karyanya diserap pasar, dikoleksi, dan dengan demikian mampu terus melukis. Perhatian Djokopekik pada tema-tema yang menggerakkan kepelukisannya tidak bergeser, yakni persoalan kemanusiaan dan keadilan. Tiga karya (“Trilogi”) yang menyimpan narasi panjang terkait dengan episode dramatik terkait bangsa Indonesia dan dirinya adalah Lintang Kemukus (2003), Sirkus September (2016), dan Indonesia Berburu Celeng (2009) yang menjadi fokus penelitian ini. Karya-karya semacam ini dapat dimaknai sebagai penyembuhan (healing) dari trauma kekerasan politik rezim Orde Baru. Lukisan tersebut menjadi objek material penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kajian budaya dan media, utamanya kajian kritis ekonomi politik. Penelitian ini mengimplementasikan kajian multi disiplin sekaligus multi metode.
Item Type: | Monograph (Project Report) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Department: | KODEPRODI90201#SENI MURNI | ||||||
Uncontrolled Keywords: | drama politik, trauma kekerasan, penyembuhan diri, kajian budaya, orde baru | ||||||
Subjects: | Seni Murni > Seni Lukis | ||||||
Divisions: | Fakultas Seni Rupa > Jurusan Seni Murni > Seni Lukis | ||||||
Depositing User: | isti IS suratmi | ||||||
Date Deposited: | 20 Mar 2023 04:03 | ||||||
Last Modified: | 20 Mar 2023 04:03 | ||||||
URI: | http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/13968 |
Actions (login required)
View Item |